Malam Yang Indah

Kejadian tersebut betul-betul tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Karena peristiwa itu adalah pertama kali saya merasakan betapa nikmatnya di setubuhi sekaligus dijadikan obyek seks oleh tiga pria sekaligus. 

Kondisi tempat kost saya yang sangat sederhana bahkan boleh dibilang sangat tidak memadai membuat semua ini bisa terjadi. Walaupun begitu, saya sangat menikmati tempat tinggal tersebut karena selain usaha salon saya bisa sedikit berkembang, para tetangga di sekitar tempat saya tinggal juga dapat menerima keberadaan saya apa adanya tanpa ada rasa benci dan menganggap saya sebagai makhluk yang aneh. Mereka pada umunya sangat baik, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai satu sama lain. Apa yang bisa disumbangkan dari kepandaian yang saya miliki, saya berikan kepada mereka dengan cuma-cuma tanpa meminta uang sepeserpun. Bagi saya, asal mereka senang saya pun ikut senang. Misalnya dalam hal merias pengantin yang sering diadakan di tempat kami tinggal dan juga kegiatan-kegiatan warga lainnya seperti dalam HUT Kemerdekaan saya pun ikut terlibat di dalamnya. Hal tersebut membuat hubungan saya dengan warga sekitar dapat terpelihara dengan baik. 

Dengan kondisi seperti ini, saya juga sangat bersyukur karena kebetulan dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh yang seksi sehingga membuat para pria yang pernah melihat saya akan terkagum-kagum dibuatnya. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang belum tahu kalau saya adalah waria. Namun ada juga beberapa orang lainnya yang terus terang ingin meminta saya untuk mau menjadi istri atau pacarnya walaupun mereka tahu kalau saya adalah waria, sayangnya kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak yang sudah punya anak dan istri. 
"Saya nggak mau bikin rusak rumah tangga orang lain lho Mas..." ujar saya suatu kali kepada Mas Kurdi yang masih keturunan Arab itu. 
Ia begitu memaksa saya untuk jadi istrinya setelah selama dua hari menginap di kamar saya dan merasakan servis yang luar biasa dari saya. 
"Soalnya bukan apa-apa Lin... cara kamu melayani aku itu lho yang membuat aku kesengsem sama kamu..." rayu Mas Kurdi dengan nada gombalnya. 
"Aku merasa jadi laki-laki yang sesungguhnya dipelukanmu... karena kamu sangat pandai dan sangat sabar memberi perhatian buatku baik di ranjang maupun tidak di ranjang..." kata Mas Kurdi mencoba meyakinkanku. 
"Iya Mas... tapi Mas Kurdi kan sudah punya istri... nanti gimana kalau istri Mas tahu suaminya kawin lagi... sama waria lagi..." ujar saya meluruskan pikirannya. 
"Iya betul... tapi saya nggak pernah dapat kepuasan seperti yang saya dapatkan dari kamu Lin..." kata Mas Kurdi dengan terus memaksa. 
Karena saya tidak mau dipaksa, akhirnya Mas Kurdi menyerah juga. Dan sekarang kalau libidonya sedang naik saja dia datang mencari kepuasan birahi dari tubuh saya ini. 

Setelah menyelesaikan pekerjaan memotong rambut dan merias wajah Bu Henny pada pukul 18:00 sore, seperti biasa saya langsung pergi mandi. Pada saat masuk ke kamar mandi sebenarnya saya tidak tahu kalau ada orang yang sedang mengintip. Namun setelah beberapa guyuran air saya tumpahkan ke tubuh saya, ada suara yang mencurigakan di atap kamar mandi. Seketika saya kaget juga, tapi lama-lama saya malah jadi senang karena ada yang melihat saya mandi. Sengaja saya melakukan gerakan-gerakan yang erotis untuk membuat si pengintip jadi tambah nafsu. "Ah.. ah... aaahhh..." saya mendesah sambil memilin-milin puting payudara saya. Kemudian saya juga menjilati ketiak saya sendiri dan mengangkat salah satu kaki saya ke atas bak mandi untuk selanjutnya mulai menusuk-nusukan jari tangan saya ke lobang anus saya secara perlahan-lahan. Gerakan memilin dan mengusap puting payudara serta menusuk lobang anus itu membuat saya jadi sangat keenakan. Saya sendiri paling suka kalau melakukan itu sambil mengkhayal sedang diperkosa oleh pria yang gagah dan ganteng serta punya kemaluan yang agak besar. Setelah beberapa saat, akhirnya saya tidak tahan untuk melakukan masturbasi. Dengan nafas yang terengah-engah karena menahan nafsu dan kenikmatan, saya mulai menjerit-jerit kecil "Aduh... enaaak sekali... ahhh... aaahhh... ooohhh... aaahh..." sampai-sampai rasa gelinya terasa amat sangat di sekujur tubuh yang kemudian mengejang dan akhirnya saya hanya dapat berteriak "Aaahh... ssshhhssss..." dan cairan putih kental itu pun muncrat dari kemaluan saya yang beberapa cipratannya tampak menempel di bulu kemaluan saya yang memang lebat. Akhirnya saya hanya berharap si pengintip bisa menikmati semua pertunjukan ini. 

Malam itu udara terasa sangat panas sekali. Di luar rumah masih terdengar beberapa orang sedang mengobrol dan terkadang diselingi tawa dan nyanyi. Sementara saya di dalam kamar yang kecil ini sedang mendengarkan radio yang sedang menyiarkan lagu-lagu dangdut populer sambil merapikan beberapa alat kencantikan yang telah saya pergunakan kerja seharian. Setelah semuanya rapi, sekaranglah waktunya untuk merias diri sendiri pikir saya. Mulai menata rambut saya yang panjang sebahu, me-make-up wajah dan memakai parfum yang bisa mengundang birahi laki-laki. Biasanya kalau sedang kepingin cari tambahan atau ingin cari kemaluan buat dihisap, saya langsung pilih baju yang seksi dan kemudian panggil tukang becak minta diantarkan ke lokasi mejeng. Tapi malam itu rasanya kok malas. Mungkin karena sudah kerja seharian jadi badan rasanya ingin ditidurkan saja. 

Ketika mencoba mau tidur, tiba-tiba pintu ruang depan diketuk orang. 
"Mbak Linda... Mbak Linda... malam Mbak..." 
"Ya malem... siapa diluar.." kata saya. 
"Saya Anto Mbak... mau ngomong sebentar boleh nggak...?" terdengar suara Anto yang memang sudah saya kenal memanggil saya. 
"Ia Nto... sebentar ya... ada apa sih kok malam-malam begini..." ujar saya sambil membuka pintu. 
Ternyata di luar Anto tidak sendirian. Ia ditemani oleh dua orang laki-laki yang belum saya kenal sebelumnya. 
"Ini lho Mbak... teman saya... namanya Giyono dan satunya lagi namanya Romli katanya mau kenalan sama Mbak... Kalau Mbak nggak keberatan boleh nggak teman saya ini ngobrol-ngobrol sebentar sama Mbak... Orangnya baik kok Mbak..." kata Anto berpromosi sambil sedikit merayu saya untuk segera dapat menyilakan masuk ketiganya. 
Walaupun masih lelah tapi hati saya sebenarnya senang juga dengan kedatangan tamu-tamu seperti mereka ini. Selain cakap-cakap mereka juga sangat menggairahkan. Setelah dipersilakan masuk dan duduk tak satupun di antara mereka yang mau memulai bicara. 

"Ayo sekarang mau ngobrol apa nih..." kata saya. 
Ditanya demikian Giyono baru berani menjawab. 
"Sebenarnya saya mau minta maaf Mbak..." 
"Lho memangnya kamu salah apa... kok pake minta maaf segala..." jawab saya. 
"Eh... eh... sebenernya gini Mbak... saya mau minta maaf soalnya saya sama Romli ini... tadi sore ngintip Mbak lagi mandi..." katanya terus terang. 
"Oh itu... nggak apa-apa kok... lebih dari ngintip juga nggak apa-apa kok kalo kamu mau..." balas saya tambah ngawur. 
"Ah masa Mbak... misalnya apa Mbak..." kata Romli yang tiba-tiba ngomong padahal dari tadi dia cuma diam saja. 
"Misalnya nih... ini misalnya ya... itu juga kalo kamu mau lho... kamu bertiga tuh memperkosa saya, gimana... mau nggak...?" tawar saya kepada mereka. 
"Wah kalo yang gituan sih nggak usah ditawarin Mbak... kita ke sini emang mau ngentot Mbak..." kata mereka hampir bersamaan. 
"Ya kalo begitu ditutup dulu ya pintunya... dan kamu semua saya persilakan untuk memperlihatkan kemampuan kamu masing-masing..." ujar saya dengan penuh semangat. 

Akhirnya saya betul-betul dikerubuti oleh tiga laki-laki itu sekaligus. Setelah dengan paksa mereka mendudukkan saya di sofa, mereka bertiga juga dengan rakusnya membuka baju tidur saya sehingga saya langsung telanjang bulat. Karena setiap tidur saya memang tidak pernah memakai BH dan celana dalam. "Gile cing seksi banget nih Mbak Linda... pantatnya bahenol banget... toketnya bener-bener bikin gua nafsu nih..." kata Romli sambil mengisap dan menjilati kedua payudara saya. Sementara itu Anto sudah menjulurkan kemaluannya ke mulut saya dan dia juga ingin dibuat enak. "Ayo Mbak isep Mbak kontol ini Mbak... jilatin deh Mbak... ayo Mbak terrruuusss Mbak... bikin Anto keluar Mbak..." Saya mendengar desahannya makin bernafsu untuk mengisap dan menjilat kemaluan Anto sampai keujung-ujungnya termasuk ke biji pelirnya. Dan yang tidak kalah asyik adalah kelakuan Giyono yang dengan beringasnya mengangkat sekaligus merentangkan kedua kaki saya dan menjilati paha sampai ke pangkal paha serta sasaran akhirnya yaitu lubang pantat saya yang seksi, katanya. Saya betul-betul kegelian dibuatnya. Setelah beberapa menit Romli menjilati payudara, ketiak dan perut saya, Giyono melahap habis tempik saya serta kemaluan Anto yang kelihatannya mau keluar. Tiba-tiba Giyono menyuruh saya untuk tidur telentang. "Ayo Mbak sekarang telentang deh biar saya embat tempik Mbak ya..." Ketika kemaluan Giyono sudah benar-benar masuk ke tempik saya, dia menggenjotnya dengan lincah dan penuh semangat. Saking semangatnya tubuh saya pun ikut bergoyang-goyang keras. Romli juga masih sibuk mempermainkan kedua payudara saya. "Ayo angkat kedua tangan Mbak... biar saya jilatin sekalian ketiak Mbak yang baunya bikin saya pingin ngentot Mbak ini..." ujarnya makin kesetanan. Sedangkan kemaluan Anto semakin cepat mulut saya mengisap maka semakin mengeras dan membesar batang kemaluan itu di mulut saya. Saya jadi yakin ini pasti sudah mau keluar. 

"Ayo terus Mbak... terus Mbak... terrruuusss Mbak... aaahhssshh... aaahhssss..." dilepasnya batang kemaluan itu dari mulut saya dan ketika sampai puncaknya, maninya yang asin dan enak itu dimuncratkan kepermukaan wajah saya dan... 
"Ccrrreet... crreet... crrreeet..." 
"Ah... enak juga peju kamu Anto..." kata saya sambil menelan sisa-sisa sperma yang meleleh dibibir dan pipi saya. 

Sementar itu permainan Giyono dan Romli makin seru saja. Bahkan jadi semakin menggairahkan ketika tangan Romli sekarang mulai menjamah kemaluan saya dan mengocoknya secara perlahan-lahan. Dan yang lebih kurang ajar lagi, dia duduki wajah saya dengan pantanya dan ia minta agar batangannya juga dihisap seperti punya Anto. Saya betul-betul tidak berdaya ketika kedua tangan saya direntangkan ke atas dan dipegang kuat-kuat oleh Romli sambil batangannya dimasukkan maju mundur di mulut saya. 
"Iya gitu dong... Mbak Linda pinter banget deh... ssshhh... ennnaaakkk Mbak... ennaakkk Mbak... aaahhh..." hanya itu yang keluar dari mulutnya. 
Kenikmatan itu bukan hanya dirasakan oleh Romli, saking nikmatnya Giyono pun makin cepat gerakannya dalam menusuk lubang pantat saya. Sambil memegang kedua paha saya ke atas dan kadang-kadang mencubit pantat saya dengan gemasnya dia berujar, "Aduuhhh Mbak... tooloong Mbak... kontol saya udah nggak kuuuaattt... mau keluuuaarrr..." dan... 
"Creeet... creet... cret... creeet..." akhirnya air sperma yang sangat banyak itu membanjiri lubang pantat saya. 

Ketika kedua temannya sudah duduk lemas karena keenakan "gituan". Romli masih terus menggenjot pantat dan batangannya di mulut saya. Menurut saya dia ini mainnya sangat kasar. Tapi justru itu yang paling saya suka. Setelah puas di mulut saya, dia pindah posisi ke lubang pantat saya. Gerakan-gerakannya main liar saja. Sambil bersetubuh dia mainkan juga kemaluan saya untuk dikocoknya dan terkadang juga dia menggigit puting kedua payudara saya. 
"Ayo Mbak kita keluar sama-sama ya..." ujarnya penuh harap. 
Setelah beberapa menit saya memang sudah tidak tahan untuk orgasme karena rangsangan-rangsangan hebat yang dibuat oleh Romli di seluruh tubuh saya. 
"Mbak mau keluar ya... saya juga Mbak... sebentar... sebentar Mbak... kita sama-sama Mbak... tuuu kaaan Mbak... wah enaaakkk sekaaliii Mbak... saya juga nggak tahan nih... aduuuhhh... ahhhhsshhh... Mbaaakk saya keluaaar Mbaaakk..." teriaknya. 
Bersamaan dengan itupun saya akhirnya keluar juga, "Aaahhh... sshhh, gigit tetek saya dong Mas..." 
"Creeet... creet... creeet..." 
Ah... wah benar-benar malam yang indah buat kami berempat. 

0 komentar:

Gejolak Cinta


Yanto dengan bersemangat menuju ke kos Dani yang terletak di Jakarta Pusat. Mereka berdua berkenalan tiga bulan yang lalu dan menjalin hubungan setelah itu. 


Yanto berumur 29 tahun, berkulit putih dan berwajah tampan dengan lesung pipit dan bibir yang kemerahan, badannya agak langsing, namun terbilang cukup proporsional. Dani berumur 26 tahun, berbadan kekar, berkulit gelap dan terlihat sangat macho. Tinggi badannya yang 178 cm membuatnya terlihat lebih dewasa dari Yanto yang terkesan ABG di usianya itu. Sebenarnya Dani tidak berwajah tampan, malah beberapa orang menganggapnya sangar, tetapi Yanto menyukainya karena sikapnya yang ramah dan baik hati. 



Setelah Yanto mengetuk beberapa kali Dani membukakan pintu. Yanto masuk dan merebahkan diri di kasur menikmati sejuknya AC dan empuknya ranjang setelah mengarungi panasnya kota Jakarta. Dani hanya tersenyum melihat tingkah Yanto yang lucu itu, kemudian mendekati Yanto dan berbaring di sampingnya lalu mengusap rambut Yanto dengan lembut dan mendaratkan kecupan di kening yang putih dan masih dihiasi butir butir kecil keringat yang bening. 
"Mandi dulu ya?" kata Yanto sambil bangkit menuju kamar mandi. 
"Nggak usah", jawab Dani. 
"Mandinya nanti aja, lo siram aja badan elo biar lebih sejuk, ntar kebanyakan mandi lo jadi kayak kertas putihnya, ha ha ha. " 
"Dasar lo, pantes lo hitam gitu, malas mandi ya" 
Yanto masuk ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air shower yang sejuk menyegarkan. 
"Kok dia nggak nyusul masuk ya?" pikir Yanto heran, biasanya Dani tidak suka membuang waktu kalo dia sedang di kamar mandi. 



Sesaat kemudian setelah mengeringkan badannya, dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada Yanto keluar dari kamar mandi. Ternyata Dani sudah menunggu dengan hanya bercelana dalam dan tanpa memberikan kesempatan menarik Yanto ke pelukan badannya yang kekar dan melumat habis bibir Yanto yang merah merekah. 
"Mmmhh, mm", Yanto kelabakan mendapatkan serangan mendadak itu, apalagi ciuman Dani yang tidak tanggung-tanggung membuat Yanto sulit bernapas, ditambah badannya yang kekar mendekap erat badan Yanto yang bisa dibilang langsing, kecuali dadanya yang lumayan terbentuk. Dani memberikan kesempatan Yanto bernapas dan mengajaknya menuju tempat tidur. Di sini ciuman yang dahsyat itu berlanjut, namun Yanto sudah siap dan melayani dengan baik, bibir Dani yang kehitaman menghisap bibir kemerahan dan lidahnya menyapu langit-langit dan lidah Yanto yang membalas dengan hisapan yang membuat keduanya melayang dalam kenikmatan. Tangan Dani menjelajahi leher, punggung dan pinggang yang putih mulus, membuat Yanto mendesah menikmati usapan lembut dari tangan yang kekar berotot di daerah-daerah sensitifnya. Tangan yang lain meremas-remas pantat Yanto yang padat membukit, mendorongnya sehingga kemaluan Yanto menekan kemaluannya yang tegak menyembul dari balik celana dalamnya. 



Dani melanjutkan ciumannya ke leher Yanto yang mulus, menyapukan lidahnya dengan lembut ke bagian belakang telinga Yanto dan kemudian dengan lembut menggigit dan menghisap cuping telinga Yanto. 
"Ssshh, ahh, aagghh.." Yanto mendesah merasakan sensasi yang sangat disukainya itu sambil melingkarkan tangannya di kepala dan leher Dani. 
Sementara tangan Dani menjelajah dua bukit kembar yang mempunyai puncak yang diselimuti warna coklat muda. 
"Auwhh.." Yanto terpekik kecil ketika tiba-tiba Dani memilin puting susunya dengan agak kuat, namun rasa terkejutnya segera hilang oleh rasa nikmat ciuman dan sapuan lidah yang hangat di pangkal lehernya, yang seakan menimbulkan aliran listrik di seluruh badannya. 



Kemudian Dani menunduk, mengusapkan ujung lidahnya ke dada Yanto, membuat gerakan spiral melingkar yang makin mengecil sampai akhirnya mengulum dan menghisap puting susu Yanto yang tegak mengeras oleh rangsangan itu. Dani menggesekkan lidahnya ke kepala puting dan menghisapnya dengan kuat, melepaskannya lalu menghisap lagi dengan kuat dan sesekali menggigit dengan lembut puncak bukit kenikmatan Yanto itu. Yanto dibuat senewen dengan tingkah Dani itu, berbagai sensasi perasaan berkecamuk di dalam dirinya, pada saat Dani menghisap dengan kuat puting susunya, seolah-olah ada sesuatu dalam dirinya yang ikut keluar melayang, membuat Yanto tidak dapat berdiri lagi dengan baik, sehingga dirinya seolah luruh dalam dekapan Dani yang kuat. Pekikan-pekikan kecil Yanto malah membuat Dani makin terangsang dan meningkatkan serangannya ke kedua puting susu Yanto, yang memang merupakan salah satu bagian tubuh favoritnya. Dani baru menghentikan kegiatannya setelah kedua puting susu Yanto berwarna kemerahan dan agak sedikit membesar karena dihisap dengan kuat berkali-kali. Dani kembali mencium bibir Yanto yang terengah-engah oleh aksinya tadi, dan menikmati kelembutannya tanpa balasan, karena Yanto pasrah membiarkan bibirnya dikulum dan hanya mendekap erat badan Dani dan ketika Dani mengecup lehernya Yanto berbisik, "You are my man, oohh.." 



Yanto melepaskan celananya dan celana dalam Dani, kemudian melancarkan serangan balasan ke dada Dani yang bIdang dengan kulitnya yang gelap kehitaman, memancarkan kejantanan tersendiri. Aroma badan Dani memberikan rangsangan yang tidak dapat dilukiskan dan dua bukit kembar yang dimilikinya seolah dua bukit batu yang keras dan putingnya yang berwarna hitam mengarah ke sisi bawah luar tiap bagian dadanya. Yanto mencium dan menghisap setiap bagian dada Dani dan menggigit lembut putingnya. Kemudian perlahan turun dan menjumpai kemaluan yang tegak berdiri, terlihat hitam mengkilat karena ereksi yang kuat, dengan lingkaran kemerahan di dekat kepala penisnya. Batang kejantanan itu tegak berdiri sepanjang 16 cm dan diameter kepalanya yang mencapai 8 cm membuat Yanto sangat menyukainya, apalagi bentuknya yang menyerupai ice cream cone, membuatnya semakin nikmat untuk digenggam dan dikulum. Yanto mengulum kepala penis Dani yang besar itu dan menghisap precum yang ada kemudian menyapu lubangnya dengan ujung lidahnya dan terus menyapu ujung kepala penis itu dengan lidahnya, yang membuat Dani mendesah merasakan nikmat di batang kejantanannya. Ketika Yanto memasukkan seluruh kepala kemaluan itu ke dalam mulutnya, sensasi kehangatan yang lembut menyergap Dani, yang menikmatinya dengan mata terpejam dan kedua tangannya mengusap kepala Yanto dengan lembut. 



Setelah merasakan kenikmatan oral sex dan mencapai tingkat ereksi yang maksimum, Dani membaringkan Yanto di ranjang dan menyibakkan kakinya sehingga terlihatlah lubang kenikmatan yang sempit di depan matanya. Dani segera mendekatkan bibirnya ke lubang yang kemerahan dan mulus tanpa rambut itu lalu menjulurkan lidahnya untuk merangsangnya supaya dapat menerima batang kemaluannya yang besar. Yanto tergelinjang tiap kali lidah Dani terjulur mendesak ke dalam lubang kenikmatannya, membuat gerakan melingkar dan menembus ke dalam lubangnya. Setelah beberapa saat, Dani menuangkan gel pelicin ke lubang itu dan menusukkan jarinya ke dalam untuk membasahi bagian dalamnya. 



Perlahan Dani mengarahkan kemaluannya ke lubang yang sudah siap menerima dan memberikan kelembutan dan kehangatannya. Kaki Yanto yang lebar mengangkang disandarkannya ke pundak dan batang kemaluan yang sudah memakai kondom itu sedikit demi sedikit mendesak dalam lubang kenikmatan yang sudah mulai berdenyut itu. Yanto meringis menahan sakit ketika kepala penis yang besar itu mendesak terus ke lubang anusnya, dan ketika seluruh kepala itu dapat masuk, keduanya merasakan jepitan otot rektum yang menutup kembali setelah bagian terbesar dari kepala penis itu melaluinya memberikan sensasi yang nikmat dan seolah lubang itu menyedot penis ke dalamnya. Tanpa membuang waktu lagi Dani menanamkan seluruh batangnya ke dalam tubuh Yanto, yang mengerang kecil ketika penetrasi awal itu berlangsung. Segera setelah kehangatan melingkupi seluruh batang kemaluannya, Dani menunduk dan mengulum bibir Yanto untuk mengalihkannya dari rasa sakit oleh desakan penisnya, yang walaupun sudah beberapa kali mereka lakukan, tetap saja saat awal penetrasi Yanto merasakan sakit karena memang ukuran penis yang besar dan ereksi yang kuat membuat penetrasi sangat terasa olehnya. 



Kemudian Dani membuat gerakan maju mundur yang lembut, dan sesekali memutar pinggulnya untuk memompa Yanto yang mulai dapat menikmati kehadiran benda asing di dalam lubang kenikmatannya. Setelah beberapa saat melakukan goyangan dan memaju mundurkan penisnya, Dani menanamkan batang kemaluannya dengan kuat ke dalam lubang Yanto, mendorongnya dan memutar pinggulnya untuk mendapatkan penetrasi yang maksimal. Yanto sampai tergelinjang kuat oleh penetrasi ini. 
"Ahh, dalam sekali, eghh", tangan Yanto mencengkeram lengan Dani dan kepalanya terdongak karena merasakan hangat dan mulas di perutnya. 
Dani melepaskan kaki Yanto dan menindih tubuh Yanto dengan badannya yang kekar, kedua tangannya melingkar di badan Yanto dan mendekapnya erat, sambil mengulum bibir yang merekah dan merangsang itu. 
"Mmmh, egghh, mmhh", Yanto kewalahan melayani nafsu Dani yang sedang membara itu, kedua tangannya mencengkeram pundak Dani dan kadang kadang tanpa sadar mencakarnya karena Dani belum mengendurkan penetrasinya dan lebih kuat menggoyang pinggulnya untuk mendesak ke dalam lubangnya. Gerakan melingkar pinggul Dani itu membuat batang kemaluannya yang tegang dan kuat di dalam diri Yanto bergerak mendesak ke segala arah, dan itu membuat sensasi yang luar biasa yang membuat perasaan hangat, mulas, nikmat dan melayang yang sangat hebat dirasakan oleh Yanto. 



Setelah Dani mengendurkan tekanannya dan menggerakkan penisnya dengan lembut, Yanto mendesah dan berbisik, "Elo luar biasa, sayang" 
Dani tidak menjawab, hanya mengulum lembut bibir Yanto dan menjelajahi lagi leher dan dadanya, yang memberikan rangsangan ganda kepada Yanto. Setelah itu Dani perlahan mengeluarkan penisnya, membimbing Yanto ke kamar mandi, lalu meminta Yanto membelakanginya. Penisnya pun dimasukkannya kembali dan Dani memeluk Yanto dari belakang, siap memberikan sensasi puncak kepada kekasihnya ini. Dengan rangsangan bibir dan tangan ditambah goyangan dan desakan kemaluan di lubangnya, Yanto merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang membuatnya serasa melayang di awan-awan. 
Dan setelah beberapa saat Yanto mendesah, "Gua mau keluar Dan.." 



Dani kemudian menggenggam dan mengocok kemaluan Yanto, mencium dan mengulum leher dan telinga Yanto dan satu tangannya memegang pinggang Yanto untuk menahannya karena dia menggelinjang dengan kuat menggapai puncak kenikmatan birahinya. "Arrghh, hh, hh, ahh. " Yanto pun menyemburkan spermanya, sedemikian kuat sampai mencapai dinding kamar mandi, dan Dani merasakan denyutan yang sangat kuat memijat kemaluannya, dan ketika dia mencoba memaju mundurkan kemaluannya terasa sulit karena jepitan yang sangat kuat dari lubang Yanto yang sedang menggapai orgasme. 



Denyutan itu memberikan pijatan hangat yang membuat saraf Dani tak dapat lagi menahan kenikmatan yang menjelang dan sesaat kemudian Dani memancarkan maninya dalam tubuh Yanto dan penisnya berdenyut kuat, memberikan tambahan kenikmatan bagi Yanto yang bisa merasakan dengan jelas denyutan batang kemaluan pasangannya itu. Dani mendekapnya erat, dan mereka berdua menikmati orgasme bersama-sama. 



Setelah itu mereka berdua membersihkan diri dan mandi, membungkus kondom yang berisi sperma Dani dalam tisu, kertas dan kantong plastik, lalu membuangnya di tempat sampah. 
"Gua bawa pulang aja, buat kenang-kenangan" gurau Yanto. 
"Gila lo, ntar gua kasih lagi, nggak usah bawa yang begituan", sergah Dani. 
"Ha ha, bercanda lagi", kata Yanto. 
Lalu mereka berdua berbaring dan beristirahat setelah melakukan kegiatan yang sangat melelahkan namun sangat menyenangkan juga itu. Yanto terlelap di pelukan Dani yang tersenyum memandang wajah "cute" di dekapannya itu. 

0 komentar:

Bercinta Dengan Paman

Ini adalah penggalan dari salah satu kisah yang pernah saya alami. Sejak kecil orang tua saya telah membiasakan saya hidup teratur, bersih dan rapi, sehingga beranjak remaja saya sudah terbiasa hidup teratur, sampai sekarang saya lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain karena terbiasa sejak kecil begitupun dengan masalah bergaul aku gak sembarangan bergaul dengan orang lain. 

Dari hari ke hari hidupku semakin di hantui dengan segala macam warna kehidupan tapi saya tetap berusaha eksis dengan mengambil hal-hal yang sesuai dengan prinsip hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia terkadang ada hal-hal tertentu tak bisa saya tolak sehingga menimbulkan variasi dalam cara berbikir saya salah satunya adalah kebutuhan biologis. Tak terpikir olehku kalo ternyata dari sekian banyak bagian dari kehidupan semuanya berjalan berkesinambungan, tergantung dari setiap individu itu sendiri bagaimana dia mengolahnya dan memetik bagian yang dianggap sesuai dengan selera hidupnya sekeras apapun kita menolak semuanya terkadang hal itu hanya akan menimbulkan beban batin yang berkepanjangan tapi jangan kuatir bukankah ada pepatah yang mengatakan 'ada seribu satu macam jalan menuju roma', tidak ada masalah yang tidak ada pemecahannya jadi jangan kuatir semuanya akan bisa di atasi sepanjang keingian itu masih ada. 

Nama saya Chris, saya salah satu mahasiswa PTN terkemuka di Indonesia bagian timur sekarang saya berumur 20 tahun perjalanan hidup saya penuh dengan lika-liku hingga sekarang pahit getirnya kehidupan saya sudah rasakan, ternyata kehidupan itu tak ubahnya adalah suatu bentuk metamorfosis dari mahluk yang menjalaninya dan akan mencapai klimaksnya yang kita sendiripun tidak tau kapan..

Sekarang saya akan mengajak kalian secara mundur (flashback) mengikuti suatu cerita di masa kecil saya tepatnya ketika saya masih berstatus murid sekolah dasar, sejak kecil saya suka berdiam diri di rumah apabila gak ada yang mengajak main saya cenderung di rumah nonton TV ataupun main game atau mengulang pelajaran disekolah, tak mengherankan jika nilai rapor saya selalu bagus dibanding dengan saudara-saudara saya yang lain. 

saya punya beberapa Paman yang sangat perhatian dengan saya, katanya saya beda dengan anak-anak yang lain mereka cenderung nakal dan urak-urakan, salah satu Paman saya itu bernama yudi ketika saya masih sekolah dasar Paman saya itu sudah berumur sekitar 25-an. Orangnya memang sangat baik dia senang mengajari saya matematika begitu pula dengan pelajaran lainnya sebenarnya dia masih sepupu saya tapi karena umurnya sedikit jauh diatas saya makanya saya lebih senang memanggilnya Paman. 

Sore itu Ayah dan Ibu kebetulan gak ada di rumah saudara-saudara yang lain juga gak ada kakak ikut studi tour sedangkan adik ikut les matematika, saya sendiri sedang mengulangi pelajaran yang tadi saya dapatkan disekolah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk saya memasang telinga dengan baik memastikan apakah benar ada yang mengetuk pintu. 

"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas. 
"Siapa yach" jawabku sedikit lantang. 
"Ini Yudi, Chris" jawabnya dari balik pintu. 
mendengar kalo yang menjawab itu Paman yudi aku segera menghampiri pintu dan membukanya. 
"Eh, Paman Yudi, masuk Paman!" sambil mempersilahkannya masuk. 
Paman Yudi segera menghampiri meja di mana saya belajar lalu diam sejenak memandang buku-buku yang tergeletak tak beraturan. 
"Ibu kamu kemana Chris, kamu sendiri yach?" sambil mengutak-atik buku tersebut.
"Iya Ibu ama Bapak keluar Paman, dia gak bilang tuch mau kemana katanya nanti malam baru pulang" jawabku pelan sambil masih terus memperhatikannya. 

Sore itu Paman sedikit beda, kelihatannya sedikit lebih fres dari biasanya dibalut dengan baju kemeja dan celana jeans memperlihatkan postur tubuh yang sangat proporsional ditambah lagi wajahnya yang cakep, bersih dengan aroma parfum yang maskulin membuatku hanyut dalam keharuman. Sudah cukup lama aku memperhatikan pamanku selain karena orangnya baik dia juga senang mengajari saya makanya saya senang setiap kali dia datang ke rumah. 

"Mau ke mana Paman rapi banget". 
"Rencananya sich mau keluar tapi kayaknya gak jadi dech" seraya menganggukkan kepalanya memberi isyarat memanggilku. Akupun lalu duduk didekatnya. 
"Kalo Fery ama Nanda kemana?" tanyanya pelan sambil membaca salah satu buku pelajaranku. 
"Fery studi tour Paman sedang Nanda sekarang di sekolah katanya ada les tambahan" jawabku pelan. 

Beberapa saat berlalu tiba-tiba di luar jangkauan berpikir saya tangan Paman telah memegang tanganku dielusnya tanganku pelan dan sesekali bernafas panjang saya sendiri hanya diam kebingungan dalam batin saya berkata ada apa dengan Paman, dan kenapa juga saya merasakan sesuatu yang hangat dan damai. Dibimbingnya tanganku menyentuh pahanya lalu berhenti disuatu gundukan tepat dibagian tengah dari tubuhnya yang tidak lain adalah kontolnya sendiri, aku merasakan gundukan tersebut berdenyut-denyut tegang dan mengeras. 

"Kamu sayang Paman gak Chris?". 
Aku mengangguk seraya memeluk pamanku, baru kali ini aku bisa mendekat erat pamanku seolah aku tak ingin melepaskan pelukanku. Entah kenapa, anak seusia saya pada waktu itu sudah bisa memiliki perasaan seperti itu. 
"Chris, mau bantu Paman gak?" tanyanya dengan bunyi seperti desahan. 
"Bantu apa Paman" jawabku polos. 
"Kalau kamu memang sayang ama pamam lakukan apa yang Paman perintahkan" kata Paman seraya mengecup keningku, akupun semakin memeluk erat pamanku tidak ingin melepaskannya. 

Perlahan-lahan pamanku mulai menciumi satu persatu dari bagian wajahku mulai dari keningku, pipiku dan terakhir tentunya bagian yang paling sensitif yakni bibirku dilumatnya bibirku dengan mesra, hangat dan lembut akupun mencoba membalasnya tapi waktu itu aku belum tahu bagai mana cara berciuman yang asyik aku cuma mengerak-gerakkan bibirku seadanya untunglah pamanku membimbingku dengan baik sehingga kami berdua bisa merasakan betapa nikmatnya bibirku dan bibir Paman yang saling menyatu, nafas Paman semakin memburu gerakan Paman semakin dipercepat tapi masih dalam keadaan terkontrol sehingga saya tidak kelabakan jadinya. 

Sambil tetap masih dalam keadaan mengulum bibirku yang mungil tangan Paman asyik mengerayangi bagian tubuhku yang lain termasuk adik keciku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras. Puas dengan bagian bibirku Paman kemudian meningkatkan permainan lidahnya dengan menjilati bagian tubuhku yang lain leher, dada lalu hinggap di kedua puting susuku yang sedikit kemerahan dipilinnya dengan lembut aku mengeliat menahan rasa geli terkadang aku tertawa saking gelinya tapi asyik juga setelah itu sapuan lidahnya berkelebat lagi ke arah bawah membuka perlahan-lahan celanaku dan segera ditebasnya adik kecilku yang manis dengan lidahnya di lanjutkan dengan tarian lidahnya aku dibawahnya melayang akhirnya adik kecil itu tegang juga meskipun ukurannya kecil pamanku nampaknya sangat menikmatinya. 


Pamanku benar-benar hebat dia sangat berpengalaman emosinya terkontrol dengan baik sehingga setiap gerakan yang dilakukan jauh dari sentuhan yang liar sehingga aku juga senang menyambutnya, puas menikmati bagian-bagian tubuhku, Paman berdiri lalu saya melihat Paman membuka satu persatu pakain yang melekat ditubuh seksinya itu dadanya yang terbentuk memberikan kesan yang sangat seksi sekali, putih dengan sedikit bulu halus yang menghiasinya. Tangannya sekarang turun ke bawah dibukanya resleting celananya lalu dipelorotkan celana jeansnya, wow suatu gundukan yang cantik sekali terlihat gundukan itu besar sekali. 

"Paman besar sekali adiknya" kataku sambil tertawa kecil. 
Paman hanya tersenyum lalu dibukanya cdnya dan tampaklah sebuah meriam yang siap melepaskan tembakan ukurannya sangat besar sekali. Pamanku mengangkat tubuhku kali ini aku menindihnya lalu Paman menyuruh aku menciumnya aku pun melakukannya. 
"Aghh..", Paman mendesah lembut akupun semakin melumat bibir pamanku yang kelihatan sangat fresh itu, entah kenapa secara spontan tanpa disuruh oleh Paman aku menjilati leher Paman lalu turun ke lehernya lalu aku merambah ke dada seksinya aku hanya mengikuti apa yang telah dilakukan Paman tadi padaku, desahan Paman datang silih berganti kali aku memilin kedua puting susu pamanku enak juga aku seakan menikmati ice cream lembut dan hangat. 

Kali ini pamanku sedikit mendorong kepalaku ke bagian bawah sepertinya menyuruhku untuk mencicipi bagian bawah tubuhnya setelah dadanya lidahku turun ke bagian perutnya kunikmati seadanya lalu aku turun lagi sedikit demi sedikit terasa sekali denyutan-denyutan kontol pamanku pada bagian leherku. 
"Hisap Chris, hisap sayang yang itu" sambil memegang kemaluannya lalu dibimbingnya kemaluan itu masuk ke dalam mulutku. 
"Aggh.. hisap terus sayang", mata pamanku merem melek mengikuti ritme gerakan hisapanku yang semakin menjadi-jadi meskipun sedikit tidak teratur aku melakukannya namun pamanku tetap menikmatinya tubuhnya menggelinjang hebat. Aku sendiri sangat menikmatinya baru kali ini merasakan sesuatu yang sangat enak, empuk, kenyal, lembut dan hangat seandainya aku disuruh memilih antara ice cream dengan barang milik pamanku aku akan memilih barang milik pamanku itu. 

Berapa menit telah berlalu aku masih asyik bercinta dengan pamanku cara pamanku sangat romantis sehingga memberika kesan kalau pamanku juga memberikan kesempatan aku menikmatinya, Posisi kami sekarang berubah Paman memintaku untuk berjongkok di atas tubuhnya kali ini sepertinya Paman ingin mencicipi anusku yang mungil dan lembut tersebut setelah mengolesi sedikit lotion ke kemaluannya, dibimbingnya barang tersebut masuk ke anusku. Agak susah memang, aku merintih beberapa kali karena merasa kesakitan. 

"Aghh! Paman, sakit sekali" kataku. 
"Paman akan pelan-pelan sayang" balas pamanku. 
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya masuk juga "Blesstt.." aku merintih kesakitan, untuk beberapa saat Paman tidak bergerak dia asyik membelai dan memainkan adik kecilku agar aku sedikit merasa keenakan ternyata usaha pamanku berhasil setelah itu pinggul pamanku naik turun sehingga kurasakan gesekan di dalam anusku perih tapi aku menikmatinya lantunan bunyi decak dalam anusku sangat berirama aliran darahku terasa terhenti, anusku tertusuk. 
"Ahh.." sedikit demi sedikit aku mulai mendesah menandakan aku menikmati permainan pamanku. 

Pamanku sepertinya lelah sekarang dia mengubah posisi disuruhnya aku menungging lalu pelan-pelan kembali dia masukkan kontolnya itu ke dalam anusku kali ini sedikit memaksa. 
"Agh! sakit.." kali ini aku memekik. 
Dengan pelan pamanku menggerakkan pantatnya maju mundur seraya kedua tangannya memelukku, lama kelamaan gerakkannya sedikit di percepat kali ini nafsu pamanku semakin memburu sepertinya dia tidak bisa lagi menahan nafsunya yang kian membara. 
"Yeahh.. ahh.." pamanku mendesah hebat. 
Desahannya datang silih berganti dan suatu ketika dia segera melepas barangnya dari anusku yang sangat sempit, perih memang. 
"Buka mulutmu sayang" ujar Paman sambil mengarahkan kontolnya ke arah mulutku. 
Pamanku mengocok kontolnya sendiri lebih cepat dan "Crot.. crot.. crot". 
"Ah.. yeahh.. ahh.." pamanku mengerang. 
Spermanyapun tumpah ruah di dalam mulutku sebagian lagi jatuh ke badanku, melihat sperma yang begitu banyak tertampung dalam mulutku segera dikulumnya mulutku akupun membalas kuluman itu, kami saling berbagi sperma pamanku itu dalam mulut yang bersatu. 
"Apa ini Paman kok asin?" masih sempat kata itu keluar dari mulutku yang polos di kala itu. 
"Itu air mani sayang atau pejuh, telan aja enak kok" kata pamanku dengan tersenyum lalu kembali menciumku. 

Pamanku bukanlah orang yang ingin memperoleh kepuasan sendiri dalam bercinta segera saja tangannya menjalar ke bagian tubuhku dan meremas adikku lalu mengocok dengan cepat dan cepat lagi, setelah beberapa saat dia mengocok barangku itu aku akhirnya merasakan suatu getaran hebat pada pada bagian penisku berdenyut hebat dan tiba tiba aku merasakan seperti kesetrum tubuhku seperti kejang-kejang terutama pada bagian penisku ternyata aku telah mangalami orgasme meskipun aku tidak mengeluarkan pejuh maklumlah mungkin belum waktunya, pamanku sendiri masih asyik mengocok punyaku lalu aku segera melepaskan tangannya karena aku sudah sangat lemas. Sore itu sungguh terasa menyenangkan kami masih sempat bercanda sebentar sebelum akhirnya Paman pulang. 

Meskipum kadang malamnya aku merasakan anusku perih tapi aku masih saja mengulanginya dengan pamanku setiap kali kami ada kesempatan, aku sangat menyukai pamanku namun benarlah kata pepatah ada pertemuan tentu ada pula perpisahan menjelang ujian akhir tingkat SD pamanku juga sudah berangkat ke jakarta sampai sekarang dia masih di sana dan sudah berkeluarga, namun pengalaman bercinta selama beberapa kali dengan pamanku itu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikkan, akankah saya alami pengalaman yang lebih seru lagi 

0 komentar:

Aku Simpanan Pamanku

Sebagai penghuni baru di Kota ini, sore itu aku memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu mall terkenal di daerah selatan Jakarta. Aku ingin mengenal kota ini lebih dekat. Dan ternyata memang benar berbagai suguhan penampilan orang biasa dan sesekali selebritis melintas di depan mata lengkap dengan gaya dan penampilan yang wah cukup sexy. Baru beberapa blok berjalan saya berhenti di suatu pojok dan berdiri sejenak mengamati orang yang lalu-lalang. Dan bersamaan dengan itu seorang Om beridiri di sampingku. Dari gaya stelannya saya bisa simpulkan dia itu seorang karyawan kantoran. Usianya seitar 45 tahun, saya sendiri 25 tahun. Tanpa saya duga dia menyapaku dengan ramah, dan sebagai orang baru yang masih asing di kota ini, apalagi di mall ini, saya menjawab dengan antusias dan mengemukakan sejujurnya bahwa saya baru seminggu berada di kota ini. Setelah berbasa-basi seperlunya dia menawarkan "keliling yok...! bosan berdiri melulu....! Sesampai di parkir saya begitu kaget setelah Om itu membukakan pintu 
BMW warna merah maronnya untukku. Dan dengan langkah agak ragu saya duduk di sebelahnya. Di tengah kegugupan saya, tiba-tiba tangannya yang kencang berotot itu menepuk pahaku " santai aja Ron.... koq kamu begitu gugup...!" dia tidak tahu saya begitu was-was kalau sampai dia tahu kontolku sedang naik. Belakangan saya tahu ternyata dia seorang manager di sebuah BUMN terbesar di kota ini. Begitu mobil jalan, Tanpa basa-basi tangannya mulai menggerayangi sampai ke selangkanganku dan betapa kagetnya dia begitu tangannya yang keras menyentuh keperjakaanku satu-satunya yang tidak kalah kerasnya dengan baja sekalipun... Tanpa membuang waktu dia segera memerosoti restleting celanaku dan menyibak CD ku dan selanjutnya tanpa henti memepermainkan kontolku sementara tangan kanannya tetap mengontrol kemudi. Karena tidak bisa konsen penuh, dan setelah mendapatkan lokasi yang agak sepi dia memarkirkan mobil dan permainan yang tadi masih belum sepenuhnya kini lebih diaktifkan lagi.. tanpa membuang waktu si Om memeloroti celana saya sepenuhnya hingga saya benar-benar bugil dari 

pusar ke bawah. Dan bagai singa lapar si Om melumat kontolku. Tanpa memberi waktu buat saya si Om mempermainkan, mengulum kontolku, ujung lidahnya dengan lincah mempermainkan ring kontol ku oh...oh....oh aku melambung di awan yang cukup tinggi. Oh..... Ron.... kontol mu nikmat sekali...... hangat ....... begitu seterus nya tanpa henti kontolku yang tetap mengeras bagai ulekan keluar masuk mulutnya hoh...hoh... nikmat menggesek-gesek bibirrnya yang tebal dan agak hangat. Merasa gerakan terbatas....., si Om merebahkan sandaran jok dimana akau duduk hingga aku bisa selonjoran, dan sesekali kami terpaksa buru-buru berhenti takkala ada orang lewat. Setelah menggerayangi dan bermain dengan kontolku sedari tadi. 

Akhirnya si Om minta aku memperlakukan dia dengan cara yang sama dia lakukan terhadap burungku satu-satunya. Dan tanpa menunggu terlalu lama segera kubuka beltnya dan kuperosoti celananya hingga tinggal CD. Kucumbu tonjolan di selangkangannya yang menyembul di balik CD nya. Kuciumi dengan penuh nafsu, selanjutnya kutarik CD nya sampai ke bawah hingga nampaklah olehku kontolnya yang sudah tegak lurus diselimuti juntaian bulu-bulu warna hitam campur putih kombinasi, dan menambah nafsu birahi ku untuk segera mempermainkannya. 

Belum puas saya melumat kontolnya yang kaku, si Om kembali melumat kontolku dan menjilatjilatinya bagai anak kecil sedang makan es krim. Puas mengulum kontolku si Om mengambil posisi duduk di hadapanku dan mengarahkan buritannya persis di atas kepala kontolku yang berdiri dari tadi bagaikan tugu monas. Sembari mengelus, meremas dan melumasi batang kemaluanku dengan baby oil yang sudah tersedia di mobilnya, dengan bernafsu kontolku diarahkannya tepat ke lobang pantatnya yang ditumbuhi bulu lebat. Ayo Ron tembak saya..... kokang senapanmu ayo... ayo... Dan blash...... sekali turun dia tepat duduk merapat dan tertelanlah kepala burungku. Berkutnya naik turun satu dua tiga kali... amblas semua batang penisku dengan menyisakan buah zakar yang masih berada di luar pantatnya. Omku menjerit-jerit keenakan sambil terus mengelinjang menaikturunkan pantantnya yang cukup padat berisi. Aku hanya passif menikmati hempasan bokongnya, dan gesekan-gesekan bibir anusnya yang sangat-sangat nikmat terasa di bagian canopy (batas kepala dan leher/batang) kontolku. Setelah puas naik turun di atas tongkronganku saya menjerit karena mau ejakulasi dan secepatnya dia menyuruhku untuk menahan sementara dia mengocok telornya di atas pangkuanku dan akhirnya satu........ dua ............... ya..................... kumuncratkan maniku dengan sekuat tenagaku menghunjam ususnya yang hangat dan lembut dan sementara itu kurasakan otot-otot anusnya mencengkeram batang penisku begitu kuat ohh.....ohhhh..... akhirnya kami sama-sama ejakulasi dan lemas. begitu aku turun dari mobil jam telah menunjukkan pukul 21.15. Dia pamit setelah sebelumnya mencatat nomor telp. ku untuk minta jatah selanjutnya. Aku berjalan menuju kamarku sambil membayangkan apa yang telah aku alami sedari tadi sore. Satu per satu peristiwa itu ter replay di hadapanku............... Selanjutnya aku menunggu calling dari Omku

0 komentar:

Dikerjain Satpam

Ketika Rudi didorong memasuki ruangan tampak dua orang satpam sedang duduk. Yang seorang segera berdiri mengunci pintu dan mendekati Rudi. Didadanya tertulis namanya, Herman, wajahnya ganteng, berkumis tipis, badannya kekar dan atletis. Rambutnya cepak bergaya ABRI. Pakaiannya yang ketat, terutama celananya, samar-samar menon-jolkan bentuk alat kelaminnya. Benda bulat panjang itu tampak membayang pada celananya yang ketat. Wajahnya nampak dingin dan sadis dibalik kegante-ngannya. Ia berdiri dan mengelilingi Rudi. Tiba-tiba rambut Rudi ditariknya dan ia memaksa Rudi berlutut didepannya. 

Muka Rudi didekatkannya ke badannya dan tangannya yang satu lagi membuka retsleting celananya. Celana dalamnya berwarna putih ketat, sehingga kemaluannya nampak tegas terbayang. Ditariknya kepala Rudi sehingga hidung Rudi menempel pada alat kelaminnya dibalik celana dalamnya yang ketat itu. Digosok-gosokkannya muka Rudi pada kemaluan-nya, kemudian perlahan-lahan celana dalamnya diturunkan, sehingga nampak kemaluannya yang besar dikelilingi bulu-bulu yang lebat. Batang pelirnya nampak setengah tegang dan kepalanya yang berwarna merah tua terayun-ayun didepan hidung Rudi. Buah pelir yang besar berwarna hitam tergantung dibawah batang pelir itu. Bulu-bulu hitam keriting nampak lebat sekali mengelilingi kemaluan Herman yang besar itu. 

"Isap ini !" perintahnya. 

Rudi mencoba memberontak ketika ia mendekatkan alat kelaminnya kemulut Rudi. Bau kelamin laki-laki yang khas menusuk hidung Rudi, bau air mani yang mengering dicampur bau air kencing. Tapi tangannya yang perkasa memegang kepala Rudi. 

"Jangan pura-pura, kamu suka mengisap kontol kan" bentaknya. 

Dengan jari telunjuk dan ibu jari, dijepitnya pipi Rudi dengan paksa. Karena kesakitan, Rudi membuka juga mulutnya dan Herman memasukkan batang pelirnya pelan-pelan kemulut Rudi. Terasa bulu-bulu jembut Herman menggelitik hidung Rudi dan bau kontol laki-laki memenuhi hidung Rudi. 

"Awas, kalau sampai kena gigimu, kurontokkan nanti" bentaknya lagi. 

Perut Rudi terasa mual tapi ditahannya sekuatnya supaya tidak muntah. Herman memompakan batang pelirnya didalam mulut Rudi, masuk keluar. Terasa pelir Herman mulai tegang dan membesar dalam mulut Rudi. Rasa asin dan bau kelamin laki-laki membuat Rudi mual. Batang pelir itu begitu panjang dan besar, sehingga setiap kali menyodok tenggorokan- Rudi, ia hampir muntah. Kedua tangan Herman meme-gang kepala Rudi dan ditekannya dalam-dalam ketika kemaluannya memasuki mulutnya. Rudi mencoba memberontak dan melepaskan diri tapi tangannya yang kekar makin kuat memegang kepala Rudi. Lama-lama gerakkannya makin cepat dan napasnya pun mulai memburu. 

Kepala Rudi digoncang-goncang-kannya dengan kuat sehingga Rudi terengah-engah. Kemudian menyemprotlah air maninya yang kental di dalam mulut Rudi langsung ketenggorokan, sehingga mau tak mau tertelanlah air mani dengan baunya yang khas itu. Rudi tersedak dan terbatuk-batuk, tapi malah ditekannya kepala Rudi sehingga kontol Herman masuk semua kedalam mulut Rudi ketika orgasme. Terasa oleh Rudi semprotan air mani Herman yang kuat memasuki tenggorokan Rudi berkali-kali. Rasa asin dan bau sperma yang khas memenuhi mulut Rudi. 

"Telan semua, awas kalau ada yang kau tumpahkan" katanya dengan sadis. Dengan terpaksa Rudi menelan semua air mani Herman yang terasa asin itu, kemudian ia mencabut kemaluannya dari mulut Rudi dan dioleskannya sisa-sisa cairan kental berwarna putih itu kepipi Rudi. Satpam yang seorang lagi Roy tertawa dan berkata: 

"Kita perkosa yuk" 

"Jangan Pak.... ampun Pak......." Rudi menghiba, tapi sia sia saja. Roy dan Herman menelanjangi Rudi dengan paksa. Rudi meronta-ronta tetapi kedua tangannya dipegang oleh Roy sementara Herman melucuti celana Rudi. Ditariknya juga baju dan celana dalam Rudi sampai robek. Rudi berdiri telanjang bulat didepan mereka. Herman mendekat dan memegang batang pelir Rudi dengan tangan kanannya sementara Roy masih memegang kedua tangannya. 

"Gede juga barang lu..." kata Herman sambil menyeringai. Batang pelir Rudi dipegangnya dan dikocoknya pelan-pelan sehingga kemaluan Rudi berdiri menegang. Tangannya pindah kebawah dan dibelai-belainya biji pelirnya. Rudi terangsang oleh rasa nikmat sehingga kemaluannya makin ngaceng dengan kerasnya. Sambil tersenyum ia memanda-ngi Rudi dan tiba-tiba tangannya meremas biji pelir Rudi kuat-kuat. 

"Aaghhhhh........" Rudi menjerit kesakitan. 

Roy memegangi tangan Rudi dan menelikungnya kebelakang. Didudukannya Rudi di kursi dengan paksa, tangan Rudi diikat kebelakang dan kedua kakinya diikat ke kaki kursi itu. Rudi meronta-ronta tapi apakah daya Rudi melawan satpam muda yang perkasa itu. Ditamparnya Rudi berulang-ulang sehingga pandangan Rudi berkunang-kunang. 

"Diam kau, bajingan !" bentak Roy. 

Herman memegang batang pelir Rudi dan pelan-pelan dikocoknya kontol Rudi. Alat kelamin Rudi menegang kembali dengan kerasnya. Tangannya yang kuat terus melocok kemaluan Rudi sambil sekali-sekali diremasnya batang pelirnya. Rudi mengerang karena ada juga rasa nikmat bersamaan dengan rasa sakit yang dirasakannya. Roy mendekat sambil tersenyum sadis. Wajahnya yang ganteng itu nampak bengis ketika kedua tangannya meraba-raba dada Rudi. Jari-jari tangannya berhenti di kedua puting susu Rudi dan dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Dipilin-pilinnya kedua puting susu Rudi dan ditarik-tariknya bagian tubuh Rudi yang sensitif itu. Rudi mengaduh kesakitan. Herman memanda-ngi Rudi sambil tangannya terus meloco Rudi. Mulutnya tersenyum dengan sinis dan berkata : 

"Enak ya" 

Tiba-tiba ia berhenti meloco Rudi. 

"Keenakan lu......!" bentak Herman. Wajahnya menjadi bengis. Kontol Rudi yang sedang menegang dipegangnya dengan satu tangan. Ditariknya kulit kemaluan Rudi kebelakang dan ditekannya kuat-kuat, sehingga batang pelir Rudi membesar dan lubang kema-luan Rudi terbuka lebar-lebar. Kepala kelamin Rudi tampak besar dan berwarna merah tua karena darah yang terhenti dijepit tangan Herman yang perkasa itu. Tangannya yang lain memegang sebatang plastik berwarna putih. Rudi menahan napas ketika batang plastik itu pelan-pelan dimasukkan-nya ke dalam lubang kelaminnya. Sakitnya tak tertahankan sehingga Rudi menjerit kuat-kuat. Roy membekap mulut Rudi dan dimasuk-kannya saputa-ngan ke mulut Rudi. 

Herman memandangi Rudi dengan sadis, mulutnya tersenyum ketika perlahan lahan batang plastik itu ditekannya dalam-dalam. Rasa sakit yang luar biasa membuat badan Rudi terangkat keatas. Tapi Roy meninju perut Rudi sehingga ia terduduk kembali. Setelah hampir separuh batang plastik itu masuk dalam kontol Rudi, ditariknya lagi perlahan-lahan. Pedih, panas dan entah apa lagi rasa sakit yang Rudi -rasakan pada lubang kemaluannya. Kemudian dimasukkannya lagi batang plastik itu, ditarik lagi berulang-ulang. Rasa sakit dan nikmat bergantian terasa sampai keubun-ubun. Akhirnya dicabutnya batang plastik itu dari lubang pelir Rudi. Setetes darah nampak keluar dari lubang pelirnya. 


Rudi memekik ketika plastik putih itu dimasukkan kembali, tapi suaranya tidak keluar karena mulutnya disumpal saputangan. Sekali lagi penyiksaan itu berlangsung, kelamin Rudi serasa terbakar ketika batang plastik itu memasuki lubang pelir yang sempit itu. Rudi meronta-ronta dan menjerit, tapi hanya suara ah.. uh.. yang terdengar karena mulutnya tersumpal. Sementara batang plastik itu memasuki lubang pelir Rudi, Roy meremas-remas buah pelir Rudi dengan kuat. Rasa sakit yang luar biasa membuat Rudi berkunang-kunang dan kepalanya berdenyut-denyut bagai dipalu dengan godam raksasa. Akhirnya berakhirlah siksaan itu, dicabutnya batang plastik itu dari lubang pelir Rudi dan dibukanya ikatan kakinya. Sapu tangan yang menyumpal mulut Rudi dikeluarkannya. Dipaksanya Rudi berdiri dengan telanjang bulat. Borgol tangan Rudi dibuka juga, tapi ia hampir tidak bisa berdiri tegak karena kesakitan. 

"Kesini kau " bentak Herman. Rambut Rudi ditariknya dengan kasar sehingga ia terhuyung. Diseretnya Rudi kebangku dan ditelungkupkan-nya badan Rudi dibangku kayu yang kasar itu. 

"Ikat tangannya Roy, kita kerjain bajingan ini " kata Herman kepada Roy. Rudi menelungkup pada bangku kayu itu dan kedua tangan Rudi diikatnya dikaki bangku sedang kedua kaki Rudi dibiarkan menggantung. 

"Mandi ya" terdengar suara Roy dibelakangnya. Tiba-tiba terasa dingin dipantat Rudi. Rupanya Herman sedang menyemprotkan selang air ketubuh Rudi dan tiba tiba dimasukkannya ujung selang itu ke dalam lubang pantatnya. 
"Enak nggak ?" tanya Herman sedang Roy tertawa terbahak-bahak. 
Air yang bertekanan tinggi itu memasuki usus Rudi dan perutnya terasa kembung pelan-pelan. Mula-mula terasa nikmat ketika air mengalir memasuki lubang pantat Rudi. Lambat laun terasa perutnya mulas karena air sudah mulai memasuki usus besar Rudi. Rasa mulas makin melilit dan perut Rudi terasa hampir pecah terisi air. Rudi meronta-ronta tapi percuma saja karena tangannya terikat dibangku. Terasa kemaluan Rudi mulai menegang ketika penyiksaan itu berlang-sung. 

"Kamu sering diperkosa laki-laki kan ?" tanya Roy. 

Kemudian dicabutnya selang itu dari lubang pantat Rudi. Air keluar menyemprot keluar dari anusnya. Diinjaknya tubuh Rudi dan ditekan-tekannya punggung Rudi dengan kakinya sehingga keluar semua air dari dalam perutnya. Lalu sekali lagi ujung selang karet itu ditusukkan ke dalam lubang pantat Rudi, pelan-pelan dan sedikit demi sedikit ujung selang itu memasuki anusnya. Rudi mengerang karena rasa sakit yang luar biasa ketika ujung selang itu menyentuh bagian dalam anusnya. Kemudian ujung selang itu ditarik kembali dengan perlahan, dan sebelum keluar semua, ditusukkan kembali ke dalam anus Rudi. Kemalu-an Rudi terasa makin menegang dan berdenyut-denyut ketika ujung selang itu dipompakan kedalam duburnya. Tak terasa air yang memasuki usus Rudi kali ini, karena rupanya Herman sedang memperko-sa Rudi dengan selang air itu. Ditariknya dan ditusukkannya selang air itu berulang-ulang ke lubang pantat Rudi. 

Akhirnya keran air dibuka lagi dan air masuk lagi keusus Rudi. Kali ini tekannya tidak terlalu tinggi, sehingga tidak terasa sakit, bahkan ada rasa nikmat ketika air mengalir perlahan lahan memasuki ususnya. Rasa dingin dan nyaman terasa ketika air mengalir dan menggesek bagian dalam anus Rudi. Tetapi lama kelamaan penuh juga perut Rudi terisi air dan rasa mulas kembali melilit. Akhirnya tidak tertahankan lagi rasa mulas dan sakit diusus dan perutnya sehingga Rudi terengah-engah kehabisan napas. Baru dicabutnya selang itu dan sekali lagi menyemprotlah air dari lubang pantat Rudi. Rupanya ia sedang membersihkan lubang pantat dan usus besar Rudi, sebelum memper-kosanya. Diinjaknya kuat-kuat punggung Rudi dengan kakinya sehingga Rudi mengerang kesakitan. 

Sekali lagi air menyemprot keluar dari anus Rudi mengalir membasahi kedua kakinya. Tak lama kemudian terasa tangan Herman meraba-raba lubang dubur Rudi. Mula-mula jari telunjuknya dimasukkan-nya kedalam anus Rudi dan diputar-putarnya didalam. Ada rasa nikmat bercampur rasa sakit yang Rudi rasakan ketika telunjuk Herman menggesek bagian dalam duburnya. Kemudian dua jari dimasukkannya kedalam pantat Rudi. Mulai terasa sakit ketika dua jari itu masuk dan keluar lubang pantat Rudi. Terasa kemaluan Rudi menegang kembali dengan sendirinya. Ketika kedua jari itu berada didalam lubang anus Rudi, dibengkokkannya jari-jarinya dan dikorek-koreknya pantat Rudi sehingga Rudi menjerit kesakitan. 

"Ampun...ampun Pak.... jangan Pak.... sakit...." Rudi menjerit-jerit. Keringat bercucuran dari badan Rudi menahan siksaan yang sadis itu. 

"Ini baru jari, biasanya kontol laki-laki kan yang masuk ke pantat lu " kata Herman dengan sinis. Ketika akhirnya dua jari itu dicabut dari lubang pantat Rudi, ia melenguh lega, karena lepas dari siksaan gila itu. Tapi kegembiraan Rudi tak lama, karena segera ia merasa ada benda kenyal memasuki lubang anusnya. Rupanya Herman sedang mencoba untuk memasukkan pelirnya yang sedang ngaceng itu kedalam dubur Rudi. Rudi berteriak kesakitan : 

"Aaaahh...... jangan Pak..... ampun ..... jangan....." 

"Jangan pura-pura, lu kan doyan diperkosa." kata Roy. Rasanya hampir robek lubang tubuh Rudi yang tidak terbiasa dilalui benda sebesar kemaluan Herman. Rudi meronta-ronta kesakitan, tapi Herman terus memaksa memasuk-kan batang pelirnya yang besar dan keras itu kedalam pantat Rudi. Karena tidak berhasil ia meludah ditangannya dan dilumurinya ujung kontolnya dengan ludah. Sekali lagi ditusuk-kannya batang pelirnya kedalam pantat Rudi. Rudi berteriak kuat-kuat : 

"Aaaghhhhhh........" 

Tangannya memegang pinggul Rudi dan dengan perlahan dipaksanya batang pelirnya yang besar itu memasuki lubang anus Rudi. Kali ini pelirnya yang panjang itu masuk dengan mulus kelubang dubur Rudi. Pantat Rudi serasa terbelah dan Rudi merasa kesakitan yang luar biasa. Herman mencabut kembali kontolnya dengan perlahan dan kemudian menusukkannya kembali ke dalam dubur Rudi. Makin lama gerakannya makin cepat, sedangkan Rudi  berteriak dan menjerit-jerit karena rasa sakit yang luar biasa dirasakan pada anusnya yang untuk pertama kalinya diperkosa. 

"Fuck you, fuck you, uuuhhh " Herman berteriak-teriak sambil terus memompakan batang pelirnya kedalam lubang pantat Rudi. Rudi terus menjerit-jerit dan merintih karena sakit yang luar biasa. Setiap kali Herman menekankan kontolnya yang besar itu Rudi memekik kesakitan, rasanya lubang duburnya hampir terbelah, panas dan sakit. Begitu kontol yang besar itu dicabut rasa sakit berganti rasa nikmat. Demikianlah sakit dan nikmat berganti-ganti terasa di dubur Rudi. 

"Mampus lu, uuh....aaagghhh......." Herman mengerang dengan nikmat. Roy yang berdiri didepan Rudi perlahan-lahan membuka celana coklatnya. Celana dalamnya yang putih dan ketat itu tidak dapat menampung kelamin Roy yang besar itu sehingga ujung kontol Roy tampak menyembul keluar. Bulu-bulu jembutnya yang lebat keluar dari sela-sela celana dalamnya yang ketat itu. Kepala pelirnya yang menyembul dari balik celana dalamnya nampak membesar. Pelan-pelan diturunkannya celana dalamnya dan dilepasnya. Batang pelir yang setengah tegang itu kini tampak seluruhnya. Kepala pelirnya besar dan berwarna merah tua, demikian juga buah pelirnya yang besar nampak menggantung. Sekali lagi bau laki-laki yang khas, bau peju dan kencing memenuhi lubang hidung Rudi. 

Dibukanya pula baju seragamnya sehingga Roy kini berdiri telanjang bulat didepan Rudi. Badannya tegap dan atletis, perutnya berotot. Bulu dadanya tumbuh lebat, demikian juga jembutnya yang hitam lebat tumbuh mengelilingi kontolnya yang besar berwarna hitam, kontras sekali dengan badannya yang putih itu. Buah pelirnya yang besar menggantung dibawah batang pelir yang setengah tegang itu. Roy menggeser-geserkan kemaluannya kemuka Rudi. Dipukul-pukulkannya batang pelirnya ke muka Rudi sehingga cairan pekat diujung kontolnya terasa dipipi Rudi. Ditempelkan-nya ujung kontolnya kehidung Rudi. Bau mani kering dan bau kencing terpaksa dihirupnya juga. 

"Jilat kontolku" perintah Roy dengan sadis. Karena Rudi diam saja, Roy menjadi marah. Dua jarinya dimasukkan kelubang hidung Rudi dan ditekannya kuat-kuat. Rudi menjerit kesakitan tapi ia tidak perduli dan tampaknya ia sangat menikmati penderitaan Rudi itu. Karena kesakitan sekali terpaksa Rudi menjilat kepala kelamin itu, baru kedua jarinya dilepaskan dari lubang hidungnya. Rasa asin dan bau kelamin laki-laki membuat Rudi hampir muntah. 

"Jilat juga buah pelirku" kata Roy sambil mengerang-erang kenikma-tan. 

Dengan menahan rasa muak Rudi menjilat juga kantong pelir Roy yang ditumbuhi bulu-bulu jembut kasar itu. Rasa asin dan bau kontol akhirnya tidak membuat Rudi muak lagi. Dengan paksa dibukanya mulut Rudi dengan jari-jari tangannya yang kuat dan dipaksanya Rudi mengisap batang pelirnya sementara Herman masih terus memperkosa pantat Rudi dengan kemaluannya yang besar itu. Dua kelamin laki-laki memasuki tubuh Rudi pada saat yang bersamaan, satu di mulut dan satu di pantat. Roy memompakan kontolnya kedalam mulut Rudi dengan sadis. Setiap kali batang pelirnya yang panjang itu mengenai tenggorok-an Rudi rasanya hampir muntah. Kedua tangannya memegang kepala Rudi dan menekan kepala Rudi kuat-kuat. Sementara Herman makin kuat menyetubuhi dubur Rudi. Tiba-tiba terasa semprotan air mani Roy memenuhi mulut Rudi, membu-at Rudi terbatuk-batuk. Roy masih memompakan batang pelirnya sambil menyem-protkan berkali-kali cairan putih yang kental dan berbau khas itu ketenggorok-an Rudi. 

"Ah....ah....ah....oohhh...." Roy mengerang-erang ketika orgasme. Banyak sekali air mani Roy yang keluar. Rupanya sudah lama ia tidak mengalami orgasme. 

"Telan semua, bajingan, telah semua maniku, awas kalau ada yang tumpah keluar, kuhajar kamu, bangsat." bentak Roy dengan beringas. Rambut Rudi ditariknya dan ditekannya kuat-kuat kepala Rudi sehingga kemaluannya masuk semua kemulut Rudi. Dengan tersedak-sedak terpaksa Rudi menelan semua air mani Roy yang terasa asin dan berbau khas itu. Roy tertawa puas sambil mencabut alat kelaminnya dari mulut Rudi dan dioles-oleskannya sisa air maninya kemuka Rudi. Sementara itu Herman masih terus menyetubuhi dubur Rudi dengan alat kelaminnya yang besar itu. Tangannya kadang-kadang memukul pantat Rudi sehingga lubang pantat Rudi mengkerut dengan sendirinya. 

Tangan kanannya memegang batang pelir Rudi dan mengocoknya pelan-pelan. Kadang-kadang buah pelir Rudi diremas-remasnya dan kembali kontol Rudi dilocoknya. Lambat laun gerakannya makin kuat, rasa sakit dan nikmat yang Rudi rasakan membuat ia terengah-engah. Rasa sakit dilubang pantat Rudi diimbangi dengan kenikmatan pada batang pelirnya yang sedang dikocok Herman membuat kombinasi rasa yang susah dilukiskan. Akhirnya terasa air mani Rudi hampir keluar dan tak tertahan lagi menyemprotlah air maninya keluar dan berceceran dilantai. 

"Aaaaagghhhhhhhh.............." Rudi melenguh panjang dan pada saat itu juga Herman mencapai orgasme dan maninya menyemprot dengan kuat beberapa kali dalam lubang pantat Rudi. Setelah mengejang beberapa kali dicabutnya dengan kasar batang pelirnya. Terasa oleh Rudi cairan kental keluar dari anusnya mengalir di kedua kakinya.

0 komentar: