Malam Yang Indah

Kejadian tersebut betul-betul tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Karena peristiwa itu adalah pertama kali saya merasakan betapa nikmatnya di setubuhi sekaligus dijadikan obyek seks oleh tiga pria sekaligus. 


Kondisi tempat kost saya yang sangat sederhana bahkan boleh dibilang sangat tidak memadai membuat semua ini bisa terjadi. Walaupun begitu, saya sangat menikmati tempat tinggal tersebut karena selain usaha salon saya bisa sedikit berkembang, para tetangga di sekitar tempat saya tinggal juga dapat menerima keberadaan saya apa adanya tanpa ada rasa benci dan menganggap saya sebagai makhluk yang aneh. Mereka pada umunya sangat baik, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai satu sama lain. Apa yang bisa disumbangkan dari kepandaian yang saya miliki, saya berikan kepada mereka dengan cuma-cuma tanpa meminta uang sepeserpun. Bagi saya, asal mereka senang saya pun ikut senang. Misalnya dalam hal merias pengantin yang sering diadakan di tempat kami tinggal dan juga kegiatan-kegiatan warga lainnya seperti dalam HUT Kemerdekaan saya pun ikut terlibat di dalamnya. Hal tersebut membuat hubungan saya dengan warga sekitar dapat terpelihara dengan baik. 



Dengan kondisi seperti ini, saya juga sangat bersyukur karena kebetulan dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh yang seksi sehingga membuat para pria yang pernah melihat saya akan terkagum-kagum dibuatnya. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang belum tahu kalau saya adalah waria. Namun ada juga beberapa orang lainnya yang terus terang ingin meminta saya untuk mau menjadi istri atau pacarnya walaupun mereka tahu kalau saya adalah waria, sayangnya kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak yang sudah punya anak dan istri. 

"Saya nggak mau bikin rusak rumah tangga orang lain lho Mas..." ujar saya suatu kali kepada Mas Kurdi yang masih keturunan Arab itu. 

Ia begitu memaksa saya untuk jadi istrinya setelah selama dua hari menginap di kamar saya dan merasakan servis yang luar biasa dari saya. 
"Soalnya bukan apa-apa Lin... cara kamu melayani aku itu lho yang membuat aku kesengsem sama kamu..." rayu Mas Kurdi dengan nada gombalnya. 
"Aku merasa jadi laki-laki yang sesungguhnya dipelukanmu... karena kamu sangat pandai dan sangat sabar memberi perhatian buatku baik di ranjang maupun tidak di ranjang..." kata Mas Kurdi mencoba meyakinkanku. 
"Iya Mas... tapi Mas Kurdi kan sudah punya istri... nanti gimana kalau istri Mas tahu suaminya kawin lagi... sama waria lagi..." ujar saya meluruskan pikirannya. 
"Iya betul... tapi saya nggak pernah dapat kepuasan seperti yang saya dapatkan dari kamu Lin..." kata Mas Kurdi dengan terus memaksa. 
Karena saya tidak mau dipaksa, akhirnya Mas Kurdi menyerah juga. Dan sekarang kalau libidonya sedang naik saja dia datang mencari kepuasan birahi dari tubuh saya ini. 



Setelah menyelesaikan pekerjaan memotong rambut dan merias wajah Bu Henny pada pukul 18:00 sore, seperti biasa saya langsung pergi mandi. Pada saat masuk ke kamar mandi sebenarnya saya tidak tahu kalau ada orang yang sedang mengintip. Namun setelah beberapa guyuran air saya tumpahkan ke tubuh saya, ada suara yang mencurigakan di atap kamar mandi. Seketika saya kaget juga, tapi lama-lama saya malah jadi senang karena ada yang melihat saya mandi. Sengaja saya melakukan gerakan-gerakan yang erotis untuk membuat si pengintip jadi tambah nafsu. "Ah.. ah... aaahhh..." saya mendesah sambil memilin-milin puting payudara saya. Kemudian saya juga menjilati ketiak saya sendiri dan mengangkat salah satu kaki saya ke atas bak mandi untuk selanjutnya mulai menusuk-nusukan jari tangan saya ke lobang anus saya secara perlahan-lahan. Gerakan memilin dan mengusap puting payudara serta menusuk lobang anus itu membuat saya jadi sangat keenakan. Saya sendiri paling suka kalau melakukan itu sambil mengkhayal sedang diperkosa oleh pria yang gagah dan ganteng serta punya kemaluan yang agak besar. Setelah beberapa saat, akhirnya saya tidak tahan untuk melakukan masturbasi. Dengan nafas yang terengah-engah karena menahan nafsu dan kenikmatan, saya mulai menjerit-jerit kecil "Aduh... enaaak sekali... ahhh... aaahhh... ooohhh... aaahh..." sampai-sampai rasa gelinya terasa amat sangat di sekujur tubuh yang kemudian mengejang dan akhirnya saya hanya dapat berteriak "Aaahh... ssshhhssss..." dan cairan putih kental itu pun muncrat dari kemaluan saya yang beberapa cipratannya tampak menempel di bulu kemaluan saya yang memang lebat. Akhirnya saya hanya berharap si pengintip bisa menikmati semua pertunjukan ini. 



Malam itu udara terasa sangat panas sekali. Di luar rumah masih terdengar beberapa orang sedang mengobrol dan terkadang diselingi tawa dan nyanyi. Sementara saya di dalam kamar yang kecil ini sedang mendengarkan radio yang sedang menyiarkan lagu-lagu dangdut populer sambil merapikan beberapa alat kencantikan yang telah saya pergunakan kerja seharian. Setelah semuanya rapi, sekaranglah waktunya untuk merias diri sendiri pikir saya. Mulai menata rambut saya yang panjang sebahu, me-make-up wajah dan memakai parfum yang bisa mengundang birahi laki-laki. Biasanya kalau sedang kepingin cari tambahan atau ingin cari kemaluan buat dihisap, saya langsung pilih baju yang seksi dan kemudian panggil tukang becak minta diantarkan ke lokasi mejeng. Tapi malam itu rasanya kok malas. Mungkin karena sudah kerja seharian jadi badan rasanya ingin ditidurkan saja. 



Ketika mencoba mau tidur, tiba-tiba pintu ruang depan diketuk orang. 

"Mbak Linda... Mbak Linda... malam Mbak..." 

"Ya malem... siapa diluar.." kata saya. 
"Saya Anto Mbak... mau ngomong sebentar boleh nggak...?" terdengar suara Anto yang memang sudah saya kenal memanggil saya. 
"Ia Nto... sebentar ya... ada apa sih kok malam-malam begini..." ujar saya sambil membuka pintu. 
Ternyata di luar Anto tidak sendirian. Ia ditemani oleh dua orang laki-laki yang belum saya kenal sebelumnya. 
"Ini lho Mbak... teman saya... namanya Giyono dan satunya lagi namanya Romli katanya mau kenalan sama Mbak... Kalau Mbak nggak keberatan boleh nggak teman saya ini ngobrol-ngobrol sebentar sama Mbak... Orangnya baik kok Mbak..." kata Anto berpromosi sambil sedikit merayu saya untuk segera dapat menyilakan masuk ketiganya. 
Walaupun masih lelah tapi hati saya sebenarnya senang juga dengan kedatangan tamu-tamu seperti mereka ini. Selain cakap-cakap mereka juga sangat menggairahkan. Setelah dipersilakan masuk dan duduk tak satupun di antara mereka yang mau memulai bicara. 



"Ayo sekarang mau ngobrol apa nih..." kata saya. 

Ditanya demikian Giyono baru berani menjawab. 


"Sebenarnya saya mau minta maaf Mbak..." 

"Lho memangnya kamu salah apa... kok pake minta maaf segala..." jawab saya. 

"Eh... eh... sebenernya gini Mbak... saya mau minta maaf soalnya saya sama Romli ini... tadi sore ngintip Mbak lagi mandi..." katanya terus terang. 
"Oh itu... nggak apa-apa kok... lebih dari ngintip juga nggak apa-apa kok kalo kamu mau..." balas saya tambah ngawur. 
"Ah masa Mbak... misalnya apa Mbak..." kata Romli yang tiba-tiba ngomong padahal dari tadi dia cuma diam saja. 
"Misalnya nih... ini misalnya ya... itu juga kalo kamu mau lho... kamu bertiga tuh memperkosa saya, gimana... mau nggak...?" tawar saya kepada mereka. 
"Wah kalo yang gituan sih nggak usah ditawarin Mbak... kita ke sini emang mau ngentot Mbak..." kata mereka hampir bersamaan. 
"Ya kalo begitu ditutup dulu ya pintunya... dan kamu semua saya persilakan untuk memperlihatkan kemampuan kamu masing-masing..." ujar saya dengan penuh semangat. 



Akhirnya saya betul-betul dikerubuti oleh tiga laki-laki itu sekaligus. Setelah dengan paksa mereka mendudukkan saya di sofa, mereka bertiga juga dengan rakusnya membuka baju tidur saya sehingga saya langsung telanjang bulat. Karena setiap tidur saya memang tidak pernah memakai BH dan celana dalam. "Gile cing seksi banget nih Mbak Linda... pantatnya bahenol banget... toketnya bener-bener bikin gua nafsu nih..." kata Romli sambil mengisap dan menjilati kedua payudara saya. Sementara itu Anto sudah menjulurkan kemaluannya ke mulut saya dan dia juga ingin dibuat enak. "Ayo Mbak isep Mbak kontol ini Mbak... jilatin deh Mbak... ayo Mbak terrruuusss Mbak... bikin Anto keluar Mbak..." Saya mendengar desahannya makin bernafsu untuk mengisap dan menjilat kemaluan Anto sampai keujung-ujungnya termasuk ke biji pelirnya. Dan yang tidak kalah asyik adalah kelakuan Giyono yang dengan beringasnya mengangkat sekaligus merentangkan kedua kaki saya dan menjilati paha sampai ke pangkal paha serta sasaran akhirnya yaitu lubang pantat saya yang seksi, katanya. Saya betul-betul kegelian dibuatnya. Setelah beberapa menit Romli menjilati payudara, ketiak dan perut saya, Giyono melahap habis tempik saya serta kemaluan Anto yang kelihatannya mau keluar. Tiba-tiba Giyono menyuruh saya untuk tidur telentang. "Ayo Mbak sekarang telentang deh biar saya embat tempik Mbak ya..." Ketika kemaluan Giyono sudah benar-benar masuk ke tempik saya, dia menggenjotnya dengan lincah dan penuh semangat. Saking semangatnya tubuh saya pun ikut bergoyang-goyang keras. Romli juga masih sibuk mempermainkan kedua payudara saya. "Ayo angkat kedua tangan Mbak... biar saya jilatin sekalian ketiak Mbak yang baunya bikin saya pingin ngentot Mbak ini..." ujarnya makin kesetanan. Sedangkan kemaluan Anto semakin cepat mulut saya mengisap maka semakin mengeras dan membesar batang kemaluan itu di mulut saya. Saya jadi yakin ini pasti sudah mau keluar. 



"Ayo terus Mbak... terus Mbak... terrruuusss Mbak... aaahhssshh... aaahhssss..." dilepasnya batang kemaluan itu dari mulut saya dan ketika sampai puncaknya, maninya yang asin dan enak itu dimuncratkan kepermukaan wajah saya dan... 

"Ccrrreet... crreet... crrreeet..." 

"Ah... enak juga peju kamu Anto..." kata saya sambil menelan sisa-sisa sperma yang meleleh dibibir dan pipi saya. 



Sementar itu permainan Giyono dan Romli makin seru saja. Bahkan jadi semakin menggairahkan ketika tangan Romli sekarang mulai menjamah kemaluan saya dan mengocoknya secara perlahan-lahan. Dan yang lebih kurang ajar lagi, dia duduki wajah saya dengan pantanya dan ia minta agar batangannya juga dihisap seperti punya Anto. Saya betul-betul tidak berdaya ketika kedua tangan saya direntangkan ke atas dan dipegang kuat-kuat oleh Romli sambil batangannya dimasukkan maju mundur di mulut saya. 

"Iya gitu dong... Mbak Linda pinter banget deh... ssshhh... ennnaaakkk Mbak... ennaakkk Mbak... aaahhh..." hanya itu yang keluar dari mulutnya. 

Kenikmatan itu bukan hanya dirasakan oleh Romli, saking nikmatnya Giyono pun makin cepat gerakannya dalam menusuk lubang pantat saya. Sambil memegang kedua paha saya ke atas dan kadang-kadang mencubit pantat saya dengan gemasnya dia berujar, "Aduuhhh Mbak... tooloong Mbak... kontol saya udah nggak kuuuaattt... mau keluuuaarrr..." dan... 
"Creeet... creet... cret... creeet..." akhirnya air sperma yang sangat banyak itu membanjiri lubang pantat saya. 



Ketika kedua temannya sudah duduk lemas karena keenakan "gituan". Romli masih terus menggenjot pantat dan batangannya di mulut saya. Menurut saya dia ini mainnya sangat kasar. Tapi justru itu yang paling saya suka. Setelah puas di mulut saya, dia pindah posisi ke lubang pantat saya. Gerakan-gerakannya main liar saja. Sambil bersetubuh dia mainkan juga kemaluan saya untuk dikocoknya dan terkadang juga dia menggigit puting kedua payudara saya. 

"Ayo Mbak kita keluar sama-sama ya..." ujarnya penuh harap. 

Setelah beberapa menit saya memang sudah tidak tahan untuk orgasme karena rangsangan-rangsangan hebat yang dibuat oleh Romli di seluruh tubuh saya. 
"Mbak mau keluar ya... saya juga Mbak... sebentar... sebentar Mbak... kita sama-sama Mbak... tuuu kaaan Mbak... wah enaaakkk sekaaliii Mbak... saya juga nggak tahan nih... aduuuhhh... ahhhhsshhh... Mbaaakk saya keluaaar Mbaaakk..." teriaknya. 
Bersamaan dengan itupun saya akhirnya keluar juga, "Aaahhh... sshhh, gigit tetek saya dong Mas..." 
"Creeet... creet... creeet..." 
Ah... wah benar-benar malam yang indah buat kami berempat. 

0 komentar:

Bercinta Dengan Paman

Ini adalah penggalan dari salah satu kisah yang pernah saya alami. Sejak kecil orang tua saya telah membiasakan saya hidup teratur, bersih dan rapi, sehingga beranjak remaja saya sudah terbiasa hidup teratur, sampai sekarang saya lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain karena terbiasa sejak kecil begitupun dengan masalah bergaul aku gak sembarangan bergaul dengan orang lain. 

Dari hari ke hari hidupku semakin di hantui dengan segala macam warna kehidupan tapi saya tetap berusaha eksis dengan mengambil hal-hal yang sesuai dengan prinsip hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia terkadang ada hal-hal tertentu tak bisa saya tolak sehingga menimbulkan variasi dalam cara berbikir saya salah satunya adalah kebutuhan biologis. Tak terpikir olehku kalo ternyata dari sekian banyak bagian dari kehidupan semuanya berjalan berkesinambungan, tergantung dari setiap individu itu sendiri bagaimana dia mengolahnya dan memetik bagian yang dianggap sesuai dengan selera hidupnya sekeras apapun kita menolak semuanya terkadang hal itu hanya akan menimbulkan beban batin yang berkepanjangan tapi jangan kuatir bukankah ada pepatah yang mengatakan 'ada seribu satu macam jalan menuju roma', tidak ada masalah yang tidak ada pemecahannya jadi jangan kuatir semuanya akan bisa di atasi sepanjang keingian itu masih ada. 

Nama saya Chris, saya salah satu mahasiswa PTN terkemuka di Indonesia bagian timur sekarang saya berumur 20 tahun perjalanan hidup saya penuh dengan lika-liku hingga sekarang pahit getirnya kehidupan saya sudah rasakan, ternyata kehidupan itu tak ubahnya adalah suatu bentuk metamorfosis dari mahluk yang menjalaninya dan akan mencapai klimaksnya yang kita sendiripun tidak tau kapan..

Sekarang saya akan mengajak kalian secara mundur (flashback) mengikuti suatu cerita di masa kecil saya tepatnya ketika saya masih berstatus murid sekolah dasar, sejak kecil saya suka berdiam diri di rumah apabila gak ada yang mengajak main saya cenderung di rumah nonton TV ataupun main game atau mengulang pelajaran disekolah, tak mengherankan jika nilai rapor saya selalu bagus dibanding dengan saudara-saudara saya yang lain. 

saya punya beberapa Paman yang sangat perhatian dengan saya, katanya saya beda dengan anak-anak yang lain mereka cenderung nakal dan urak-urakan, salah satu Paman saya itu bernama yudi ketika saya masih sekolah dasar Paman saya itu sudah berumur sekitar 25-an. Orangnya memang sangat baik dia senang mengajari saya matematika begitu pula dengan pelajaran lainnya sebenarnya dia masih sepupu saya tapi karena umurnya sedikit jauh diatas saya makanya saya lebih senang memanggilnya Paman. 

Sore itu Ayah dan Ibu kebetulan gak ada di rumah saudara-saudara yang lain juga gak ada kakak ikut studi tour sedangkan adik ikut les matematika, saya sendiri sedang mengulangi pelajaran yang tadi saya dapatkan disekolah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk saya memasang telinga dengan baik memastikan apakah benar ada yang mengetuk pintu. 

"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas. 
"Siapa yach" jawabku sedikit lantang. 
"Ini Yudi, Chris" jawabnya dari balik pintu. 
mendengar kalo yang menjawab itu Paman yudi aku segera menghampiri pintu dan membukanya. 
"Eh, Paman Yudi, masuk Paman!" sambil mempersilahkannya masuk. 
Paman Yudi segera menghampiri meja di mana saya belajar lalu diam sejenak memandang buku-buku yang tergeletak tak beraturan. 
"Ibu kamu kemana Chris, kamu sendiri yach?" sambil mengutak-atik buku tersebut.
"Iya Ibu ama Bapak keluar Paman, dia gak bilang tuch mau kemana katanya nanti malam baru pulang" jawabku pelan sambil masih terus memperhatikannya. 

Sore itu Paman sedikit beda, kelihatannya sedikit lebih fres dari biasanya dibalut dengan baju kemeja dan celana jeans memperlihatkan postur tubuh yang sangat proporsional ditambah lagi wajahnya yang cakep, bersih dengan aroma parfum yang maskulin membuatku hanyut dalam keharuman. Sudah cukup lama aku memperhatikan pamanku selain karena orangnya baik dia juga senang mengajari saya makanya saya senang setiap kali dia datang ke rumah. 

"Mau ke mana Paman rapi banget". 
"Rencananya sich mau keluar tapi kayaknya gak jadi dech" seraya menganggukkan kepalanya memberi isyarat memanggilku. Akupun lalu duduk didekatnya. 
"Kalo Fery ama Nanda kemana?" tanyanya pelan sambil membaca salah satu buku pelajaranku. 
"Fery studi tour Paman sedang Nanda sekarang di sekolah katanya ada les tambahan" jawabku pelan. 

Beberapa saat berlalu tiba-tiba di luar jangkauan berpikir saya tangan Paman telah memegang tanganku dielusnya tanganku pelan dan sesekali bernafas panjang saya sendiri hanya diam kebingungan dalam batin saya berkata ada apa dengan Paman, dan kenapa juga saya merasakan sesuatu yang hangat dan damai. Dibimbingnya tanganku menyentuh pahanya lalu berhenti disuatu gundukan tepat dibagian tengah dari tubuhnya yang tidak lain adalah kontolnya sendiri, aku merasakan gundukan tersebut berdenyut-denyut tegang dan mengeras. 

"Kamu sayang Paman gak Chris?". 
Aku mengangguk seraya memeluk pamanku, baru kali ini aku bisa mendekat erat pamanku seolah aku tak ingin melepaskan pelukanku. Entah kenapa, anak seusia saya pada waktu itu sudah bisa memiliki perasaan seperti itu. 
"Chris, mau bantu Paman gak?" tanyanya dengan bunyi seperti desahan. 
"Bantu apa Paman" jawabku polos. 
"Kalau kamu memang sayang ama pamam lakukan apa yang Paman perintahkan" kata Paman seraya mengecup keningku, akupun semakin memeluk erat pamanku tidak ingin melepaskannya. 

Perlahan-lahan pamanku mulai menciumi satu persatu dari bagian wajahku mulai dari keningku, pipiku dan terakhir tentunya bagian yang paling sensitif yakni bibirku dilumatnya bibirku dengan mesra, hangat dan lembut akupun mencoba membalasnya tapi waktu itu aku belum tahu bagai mana cara berciuman yang asyik aku cuma mengerak-gerakkan bibirku seadanya untunglah pamanku membimbingku dengan baik sehingga kami berdua bisa merasakan betapa nikmatnya bibirku dan bibir Paman yang saling menyatu, nafas Paman semakin memburu gerakan Paman semakin dipercepat tapi masih dalam keadaan terkontrol sehingga saya tidak kelabakan jadinya. 

Sambil tetap masih dalam keadaan mengulum bibirku yang mungil tangan Paman asyik mengerayangi bagian tubuhku yang lain termasuk adik keciku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras. Puas dengan bagian bibirku Paman kemudian meningkatkan permainan lidahnya dengan menjilati bagian tubuhku yang lain leher, dada lalu hinggap di kedua puting susuku yang sedikit kemerahan dipilinnya dengan lembut aku mengeliat menahan rasa geli terkadang aku tertawa saking gelinya tapi asyik juga setelah itu sapuan lidahnya berkelebat lagi ke arah bawah membuka perlahan-lahan celanaku dan segera ditebasnya adik kecilku yang manis dengan lidahnya di lanjutkan dengan tarian lidahnya aku dibawahnya melayang akhirnya adik kecil itu tegang juga meskipun ukurannya kecil pamanku nampaknya sangat menikmatinya.


Pamanku benar-benar hebat dia sangat berpengalaman emosinya terkontrol dengan baik sehingga setiap gerakan yang dilakukan jauh dari sentuhan yang liar sehingga aku juga senang menyambutnya, puas menikmati bagian-bagian tubuhku, Paman berdiri lalu saya melihat Paman membuka satu persatu pakain yang melekat ditubuh seksinya itu dadanya yang terbentuk memberikan kesan yang sangat seksi sekali, putih dengan sedikit bulu halus yang menghiasinya. Tangannya sekarang turun ke bawah dibukanya resleting celananya lalu dipelorotkan celana jeansnya, wow suatu gundukan yang cantik sekali terlihat gundukan itu besar sekali. 

"Paman besar sekali adiknya" kataku sambil tertawa kecil. 
Paman hanya tersenyum lalu dibukanya cdnya dan tampaklah sebuah meriam yang siap melepaskan tembakan ukurannya sangat besar sekali. Pamanku mengangkat tubuhku kali ini aku menindihnya lalu Paman menyuruh aku menciumnya aku pun melakukannya. 
"Aghh..", Paman mendesah lembut akupun semakin melumat bibir pamanku yang kelihatan sangat fresh itu, entah kenapa secara spontan tanpa disuruh oleh Paman aku menjilati leher Paman lalu turun ke lehernya lalu aku merambah ke dada seksinya aku hanya mengikuti apa yang telah dilakukan Paman tadi padaku, desahan Paman datang silih berganti kali aku memilin kedua puting susu pamanku enak juga aku seakan menikmati ice cream lembut dan hangat. 

Kali ini pamanku sedikit mendorong kepalaku ke bagian bawah sepertinya menyuruhku untuk mencicipi bagian bawah tubuhnya setelah dadanya lidahku turun ke bagian perutnya kunikmati seadanya lalu aku turun lagi sedikit demi sedikit terasa sekali denyutan-denyutan kontol pamanku pada bagian leherku. 
"Hisap Chris, hisap sayang yang itu" sambil memegang kemaluannya lalu dibimbingnya kemaluan itu masuk ke dalam mulutku. 
"Aggh.. hisap terus sayang", mata pamanku merem melek mengikuti ritme gerakan hisapanku yang semakin menjadi-jadi meskipun sedikit tidak teratur aku melakukannya namun pamanku tetap menikmatinya tubuhnya menggelinjang hebat. Aku sendiri sangat menikmatinya baru kali ini merasakan sesuatu yang sangat enak, empuk, kenyal, lembut dan hangat seandainya aku disuruh memilih antara ice cream dengan barang milik pamanku aku akan memilih barang milik pamanku itu. 

Berapa menit telah berlalu aku masih asyik bercinta dengan pamanku cara pamanku sangat romantis sehingga memberika kesan kalau pamanku juga memberikan kesempatan aku menikmatinya, Posisi kami sekarang berubah Paman memintaku untuk berjongkok di atas tubuhnya kali ini sepertinya Paman ingin mencicipi anusku yang mungil dan lembut tersebut setelah mengolesi sedikit lotion ke kemaluannya, dibimbingnya barang tersebut masuk ke anusku. Agak susah memang, aku merintih beberapa kali karena merasa kesakitan. 

"Aghh! Paman, sakit sekali" kataku. 
"Paman akan pelan-pelan sayang" balas pamanku. 
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya masuk juga "Blesstt.." aku merintih kesakitan, untuk beberapa saat Paman tidak bergerak dia asyik membelai dan memainkan adik kecilku agar aku sedikit merasa keenakan ternyata usaha pamanku berhasil setelah itu pinggul pamanku naik turun sehingga kurasakan gesekan di dalam anusku perih tapi aku menikmatinya lantunan bunyi decak dalam anusku sangat berirama aliran darahku terasa terhenti, anusku tertusuk. 
"Ahh.." sedikit demi sedikit aku mulai mendesah menandakan aku menikmati permainan pamanku. 

Pamanku sepertinya lelah sekarang dia mengubah posisi disuruhnya aku menungging lalu pelan-pelan kembali dia masukkan kontolnya itu ke dalam anusku kali ini sedikit memaksa. 
"Agh! sakit.." kali ini aku memekik. 
Dengan pelan pamanku menggerakkan pantatnya maju mundur seraya kedua tangannya memelukku, lama kelamaan gerakkannya sedikit di percepat kali ini nafsu pamanku semakin memburu sepertinya dia tidak bisa lagi menahan nafsunya yang kian membara. 
"Yeahh.. ahh.." pamanku mendesah hebat. 
Desahannya datang silih berganti dan suatu ketika dia segera melepas barangnya dari anusku yang sangat sempit, perih memang. 
"Buka mulutmu sayang" ujar Paman sambil mengarahkan kontolnya ke arah mulutku. 
Pamanku mengocok kontolnya sendiri lebih cepat dan "Crot.. crot.. crot". 
"Ah.. yeahh.. ahh.." pamanku mengerang. 
Spermanyapun tumpah ruah di dalam mulutku sebagian lagi jatuh ke badanku, melihat sperma yang begitu banyak tertampung dalam mulutku segera dikulumnya mulutku akupun membalas kuluman itu, kami saling berbagi sperma pamanku itu dalam mulut yang bersatu. 
"Apa ini Paman kok asin?" masih sempat kata itu keluar dari mulutku yang polos di kala itu. 
"Itu air mani sayang atau pejuh, telan aja enak kok" kata pamanku dengan tersenyum lalu kembali menciumku. 

Pamanku bukanlah orang yang ingin memperoleh kepuasan sendiri dalam bercinta segera saja tangannya menjalar ke bagian tubuhku dan meremas adikku lalu mengocok dengan cepat dan cepat lagi, setelah beberapa saat dia mengocok barangku itu aku akhirnya merasakan suatu getaran hebat pada pada bagian penisku berdenyut hebat dan tiba tiba aku merasakan seperti kesetrum tubuhku seperti kejang-kejang terutama pada bagian penisku ternyata aku telah mangalami orgasme meskipun aku tidak mengeluarkan pejuh maklumlah mungkin belum waktunya, pamanku sendiri masih asyik mengocok punyaku lalu aku segera melepaskan tangannya karena aku sudah sangat lemas. Sore itu sungguh terasa menyenangkan kami masih sempat bercanda sebentar sebelum akhirnya Paman pulang. 

Meskipum kadang malamnya aku merasakan anusku perih tapi aku masih saja mengulanginya dengan pamanku setiap kali kami ada kesempatan, aku sangat menyukai pamanku namun benarlah kata pepatah ada pertemuan tentu ada pula perpisahan menjelang ujian akhir tingkat SD pamanku juga sudah berangkat ke jakarta sampai sekarang dia masih di sana dan sudah berkeluarga, namun pengalaman bercinta selama beberapa kali dengan pamanku itu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikkan,  akankah saya alami pengalaman yang lebih seru lagi..

0 komentar:

Di kamar ganti fitnes

Seru juga ngikutin cerita-cerita di website ini. Terutama belakangan ini banyak banget cerita-cerita tentang gay. Aku yang tadinya ragu-ragu pengen tulis pengalamanku di sini akhirnya mencoba memberanikan diri. Sebetulnya banyak sekali pengalaman seksualku dengan sesama jenis. Tapi nyicil dulu aja kali yee.. Nanti satu per satu aku kirim pengalaman-pengalamanku di website ini. 

***** 

Sebetulnya belum lama aku menjadi gay. Tepatnya baru sekitar dua tahunan. Dulu aku adalah pria normal biasa. Dengan bentuk tubuh yang cukup ideal (meski tidak atletis) aku mudah sekali bergaul dengan wanita. Apalagi dengan panjang penisku yang kalau lagi maksimal panjangnya bisa saingan sama botol Tekita. Gampang sekali bagiku untuk mengajak tidur teman-teman wanitaku. Sampai suatu ketika ada kejadian yang membuatku berubah haluan. 

Awalnya gara-gara chatting. Aku bertemu dengan seorang pria yang mengajakku untuk threesome dengan pacarnya. Aku sih nggak keberatan, toh aku juga cukup sering ikutan sex-party yang prianya lebih dari satu. Pria itu mengundangku ke rumahnya. Entah kenapa aku jadi begitu tolol mau saja mengikuti ajakan pria tersebut. Dan setiba di rumahnya, ternyata aku setengah ditipu. Kenapa aku katakan setengah ditipu, karena ternyata pacar pria tersebut seorang waria. Terus terang waktu itu untuk kabur saja aku tidak berani karena si pria tersebut berbadan besar dan tegap. Dan entah kenapa aku juga akhirnya mau saja ikut bergumul bersama mereka, meskipun saat itu mereka tidak sampai menyodomi aku. 

Satu hal yang aku heran, setelah kejadian itu aku merasa ketagihan. Aku betul-betul tak bisa melupakan jilatan, hisapan dan kocokan tangan pria dan pasangannya tersebut. Selama seminggu aku tidak bisa tidur tenang, hingga akhirnya aku memberanikan diri menelpon kembali pria tersebut dan aku katakan bahwa aku ingin mengulangi kembali peristiwa sebelumnya. Tentu saja pria tersebut menyambut gembira. Aku kembali diundang ke rumahnya, dan coba tebak! Aku disambut pria tersebut dan si waria pasangannya plus 3 orang pria temannya yang baru kukenal. Akhirnya pertemuan kedua dengan pria itu menjadi ajang sex-party kami. Dan disitulah pertama kalinya aku disodomi. Aku baru tahu bahwa ternyata ketika disodomi aku bisa mencapai orgasme dan mengeluarkan sperma. 

Sejak saat itu aku mulai mengurangi hubunganku dengan wanita dan beralih ke pria, hingga sekarang. Nah, kali ini aku akan cerita salah satu pengalamanku yang cukup menarik yang kualami di fitness center tempat dimana aku biasa melakukan latihan. Hari itu aku berlatih seperti biasa. Ngomong-ngomong aku berlatih hanya sekedar menjaga kebugaran, bukan untuk membentuk otot-otot seperti kebanyakan pria yang berlatih di situ. Aku merasa ada yang memperhatikanku ketika aku sedang asyik bermain sepeda statis. Ya, betul! Pria yang kekar yang sedang mengangkat dumbel di pojok situ sejak tadi memperhatikanku. Aku sekilas melirik, ganteng juga. Mungkin usianya sekitar tiga puluhan. Hampir sepuluh tahun lebih tua dari aku. Tapi tak lama aku melirik, aku pun kembali asyik bersepeda. 

Tiba-tiba pria tersebut sudah berada di sepeda statis yang ada di sebelahku. Aku sedikit terkejut. Pria tampan itu tersenyum padaku. Wajahnya rada-rada indo. Kulitnya coklat muda, ototnya mengingatkan aku pada aktor Arnold Schwarzenegger. Aku membalas tersenyum. 
"Baru ya?" sapanya setengah bertanya. 
"Nggak, udah hampir setahun. Cuma emang baru kali ini latihan jam segini. Biasanya sih sore atau malem." jawabku. 
"Wah teratur banget ya, pantes keliatan bugar.." pujinya. Aku tersenyum. 
"Ah.. bukannya lo yang lebih bugar, ototnya aja segede pepaya bangkok gitu.. hahaha.." aku menimpali pujiannya dengan bercanda. Dia juga tertawa. 

Kami pun jadi asyik mengobrol. Pria tersebut bernama Albert (bukan nama asli), salah seorang DJ di club yang cukup terkenal di Jakarta. Albert hampir setiap hari berlatih, malamnya baru nge-DJ. Dari obrolan kami langsung 'connect'. Setengah mengecilkan volume suara, kami mulai bercerita tentang pengalaman seksual kami. Obrolan itu yang mendorong Albert untuk 'mencicipi' batang pusakaku. 
"Di kamar ganti aja yuk.." usul Albert. Aku mengangguk setuju. 
Kami pun segera menuju ke kamar ganti. Dari mimiknya kulihat Albert betul-betul sudah mupeng. Di kamar ganti yang kebetulan sedang kosong (maklum baru jam 9-an pagi), kami mengambil tempat di toilet. Albert menutup jamban tersebut dan duduk di atasnya, sementara aku berdiri di hadapannya sehingga daerah pusatku tepat berada di depan wajah Albert. 

"Ooohh.. come on.." seru Albert menirukan aktor-aktor blue film. 
"Gila lo, kayak di bokep aja hihihi.." cetusku. 
Aku pun langsung melorotkan celana trainingku berikut celana dalamnya. Albert langsung tersentak melihat batang penisku yang masih lemas. 
"Oohh shit! Lo gak disunat ya man.." komentar Albert sambil mengelus-elus batang penisku. 
Aku mengangguk sambil tersenyum. Kubiarkan jemari Albert mengelus permukaan penis dan bulu-bulu jembut yang kucukur rapi. 
"Anjing lo.. lemesnya aja segini gimana konaknya.." seru Albert sambil mengelus-elus batang penisku. 
Perlahan-lahan aku mulai merasa enak, dan penisku pun mulai menegang. Albert mengocok dengan halus. Ujung kulit penisku yang menjuntai dijilat dan diemutnya. Aku pun keasyikan. Batang penisku semakin tegang. 

Sebelah tangan Albert memeluk pantatku dan sebelah lagi digunakan untuk menggenggam penisku yang kini telah tegang, meski belum maksimal. Albert masih asik memainkan ujung kulit penisku yang belum disunat. Seperti permen karet saja, kadang diemut, digigit pelan dan dijilat. Ahh.. betul-betul nikmat, Albert tau betul dimana titik-titik rangsangku, karena dia juga pria. 

Lidah Albert semakin liar menjilati batang penisku. Topi bajaku telah muncul dari balik kulit penisku. Dengan penun nafsu Albert mengulum kepala penisku sambil tangannya mengocok bagian batang. Pantatku mulai bergoyang-goyang seperti orang yang melakukan senggama. Kepala Albert juga mulai maju mundur memberi kenikmatan di penisku. Ahh.. semakin enak saja rasanya. Dengan rakus Albert menjelajahi seluruh penisku mulai dari kepala, batang, buah pelir, sampai selangkanganku dilahapnya dengan rakus. Kulihat penisku sampai basah dan licin. 

Kemudian Albert menjepit batang penisku dengan kedua telapak tangannya. Lantas pria gagah itu memilin-milin penisku. Ahh.. gila, enak sekali. Di tengah-tengah kenikmatan itu Albert melengkapinya dengan mengulum bagian depan penisku. Betul-betul mentok rasanya. Pinggangku sampai bergelinjangan menahan rasa nikmat. Kedua tanganku sampai memegangi kepala Albert yang cepak. 


Detik berikutnya Albert memasukkan seluruh penisku yang sudah mencapai maksimal itu ke dalam mulutnya yang hangat dan lembab. Sementara kedua tangannya mendekap pantatku erat-erat. Ahh.. nikmat sekali. Di dalam mulut, lidah Albert lincah kesana kemari memberi kenikmatan pada penisku. Kenikmatan demi kenikmatan terus mengaliri tubuhku, hingga pada suatu titik aku betul-betul merasa akan meledak. Penis dan pantatku mulai berdenyut. Hal itu dirasakan oleh Albert. 

"Terus Ric.. terus.. keluarin aja di mulut gue.." seru Albert. 
Aku pun membantu dengan memaju-mundurkan pantatku. Dan yang ditunggu pun tiba! Crot.. crot.. crot.. entah berapa kali semburan spermaku menyemprot di mulut Albert. Pria itu betul-betul menikmati. Dikulumnya spermaku, lantas ditelan. Sementara tubuhku agak melemas setelah melepas kenikmatan. Usai menelan spermaku, Albert berdiri dan memeluk tubuhku. Pria itu mencium bibirku dengan penuh nafsu. 
"Thank's man.. mantap banget punya lo.." bisiknya di tengah-tengah ciuman. 
"Yo'i.. tapi gue belum ngerasain punya lo nih.." balasku setengah meminta. Albert tersenyum penuh arti. 
"Hmm.. gue juga pengen sih ngerasain all-in sama lo, kalo gitu cabut ke rumah gue yuk." ajak Albert. 
"Aduh gue gak bisa sekarang, ntar ada kuliah sampe sore.." jawabku. 
"Ya udah sore aja, ntar gue jemput di kampus lo deh, dimana sih?" tanya Albert. 
"IBII." jawabku menyebut salah satu kampus yang cukup ngetop di daerah Sunter. 
Kami pun setuju. Selesai berlatih kami pun berpisah. 

Sorenya sepulang dari kuliah tanpa kusangka Albert sudah menungguku di pelataran parkir. Pria tampan itu bersandar di Honda City-nya sambil melambai ke arahku. Aku pun langsung menghampiri, dan masuk ke dalam mobilnya. Honda City tersebut langsung melesat ke arah apartemen Albert di daerah segitiga emas. Sampai di sana Albert mengajakku minum-minum untuk menghangatkan suasana. Sebotol besat vodka tersaji di atas meja. 
"Nanti temen gue mau dateng, bertiga pasti lebih asyik. Dia ngiri waktu gue ceritain soal kontol lo itu hahaha.." cetus Albert. 
Hmm.. rejeki nomplok. Melihat tubuh Albert yang atletis aku membayangkan kalau temannya pasti nggak jauh beda kondisinya. 

Sambil menunggu kami pun ngobrol-ngobrol sambil melakukan sedikit cumbuan-cumbuan kecil. Kira-kira dua puluh menit kemudian teman Albert pun datang. Dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa teman Albert yang dimaksud ternyata adalah salah seorang artis sinetron pria yang cukup ngetop. Yang membuatku tambah terkejut adalah kenyataan bahwa dia sama seperti kami. Padahal kalau di sinetron-sinetron gayanya macho sekali. Si artis yang berinisial MT itu kita sebut saja James, untuk memudahkan ceritaku. Setelah berkenalan, James pun bergabung dengan acara minum-minum kami sambil bercerita-cerita. 

Setelah mulai terasa setengah mabuk kami mulai terbawa suasana. Pengalaman-pengalaman yang kami lontarkan otomatis membuat kami horny. Dan entah siapa yang memulai, kami pun langsung terlibat cumbuan yang hebat. Rupanya aku sengaja dijadikan most target oleh mereka. Kelihatan sekali mereka betul-betul bernafsu denganku. Padahal tadinya kupikir yang akan menjadi most target adalah James, namun sepertinya Albert sudah terbiasa have fun dengan James. 

Dengan liar kedua pria macho itu melucuti pakaianku hingga aku lebih dulu telanjang bulat. Kulihat James melotot melihat penisku yang sudah tegang sejak bercumbu dengan Albert tadi. Spontan artis sinetron tersebut langsung menggenggam penisku dan memasukkan ke dalam mulutnya. Ahh.. siapa sangka seorang artis sinetron bisa mengulum penisku. Aku betul-betul menikmatinya. Sementara Albert asyik menjilati bagian atas tubuhku. Tak sejengkal pun dilewati Albert tanpa jilatan lidahnya yang sensasional. Sebagai pria, kami sama-sama tau titik rangsang satu sama lain. Albert terus menjilati sekujur tubuhku. Dan di tiap titik rangsang, pria itu agak lama menjilatnya. Ohh.. betul-betul sensasional! 

James yang asyik dengan penisku kini tak hanya menjilati penis dan buah pelirku saja, namun juga selangkangan, paha, pinggang dan pantatku. Tubuhku sampai bolak-balik berganti posisi untuk membiarkan mereka menjilati sekujur tubuhku. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku sampai terlihat basah dan licin. 

Nafsu birahi membawaku untuk menanggalkan pakaian Albert. Dalam sekejap pria gagah itu sudah berkeadaan sama denganku. Dan untuk pertama kali aku melihat penis Albert. Gila, nggak jauh beda dengan punyaku! Cuma bedanya Albert sudah disunat. Dengan penuh gairah langsung kusambar batang penis Albert yang sudah tegang. Kujilati garis-garis urat yang menghiasi batang penisnya tersebut, hingga akhirnya kukulum seluruhnya. 

Albert yang menganggur mencoba melepaskan pakaian James. Tanpa keberatan, artis sinetron tersebut membantu Albert untuk melucuti dirinya sendiri. Dan sesaat kemudian kami bertiga sudah sama-sama bertelanjang bulat. Kami pun saling meng-oral. James men-service aku, sementara aku memuaskan Albert, dan Albert membuat James kelojotan dengan liukan lidahnya. Lama sekali kami melakukan itu, dan berganti-ganti posisi. 

Akhirnya puncak gairah pun tiba. Albert memintaku menungging. Sambil berpegangan pada sandaran sofa, aku menuruti permintaan Albert. Lubang pantatku mulai berdenyut. Ahh.. kurasakan kepala penis Albert mulai menyentuh liang pantatku yang sudah basah. Pria itu memainkan penisnya sambil memasukkan pelan-pelan ke dalam pantatku. Slepp! Ahh.. akhirnya batang penis Albert mulai menembus pantatku. Albert mendorong perlahan. Ughh.. nikmat sekali. Pelan.. pelan.. pelan.. dan.. aahh.. kurasakan penis Albert mentok di dalam pantatku. Albert pun berteriak. Tubuh pria itu pun mulai maju mundur memberi sensasi kenikmatan di tubuhku. 

Dari balik sofa, James menyodorkan batang penisnya ke mulutku. Hupff.. hampir aku sesak nafas dijejali penis berukuran sejengkal tangan orang dewasa itu. Enak sekali penisnya. James juga memegangi kepalaku yang naik turun. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku yang menghujam pantat James dengan rudal pusakaku. Sementara Albert menyelinap masuk ke bawah tubuh James dan mengulum penis pria itu dari bawah. Uhh.. melihatnya saja membuat birahiku naik, apalagi James yang merasakannya. Aku memeluk tubuh James yang menggelinjang tak karuan. 

Berikutnya giliran Albert yang dipuaskan James. Sementara aku memeluk tubuh artis sinetron itu dari belakang sambil menggesek-gesekkan batang penisku di  sela-sela pantatnya. Ahh.. enak sekali. Aku mendengar Albert juga melenguh keasyikan. 
Posisi terakhir adalah yang paling sensasional. Aku sudah sering melakukannya tapi tetap saja setiap melakukan selalu terasa sensasional. Albert yang bertubuh paling besar dan kekar duduk di sofa. Kemudian James duduk di pangkuan Albert dengan kondisi penis Albert yang tertanam di lubang pantat James. Dan posisi paling atas aku duduk di pangkuan James dengan penis James yang tertanam di lubang pantatku. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Memang dengan posisi ini tak banyak yang dapat kami perbuat selain menggoyang-goyangkan pantat saja. 

Aku yang berada di posisi paling atas paling aktif bergoyang. Dan tubuhku juga bisa naik turun meski pelan-pelan. James mulai naik ke puncak birahi. Tangannya yang kekar menjamahi tubuhku. Sementara tubuhku terus asyik bergoyang dan naik turun. 
"Ahh.. Rico.. gila lo.. enak banget man.." serunya. 
Aku juga merasakan kenikmatan yang sama. Penis James yang mengulik dinding lubang pantatku membuat spermaku mulai mengalir ke arah penis. 
"James gue udah naik nih.." seruku sambil terus mempercepat goyangan. 
"Sama, gue juga.." seru James. 
Pria itu lantas membantuku dengan mengocok batang penisku. Uhh.. birahiku sudah ke ubun-ubun. Tak lama kemudian aku merasakan semburan cairan kental beberapa kali menyemprot di lubang pantatku. James sudah mencapai orgasme. Dan cairannya yang membasahi pantatku mendorong birahiku untuk mencapai orgasme. Ditambah lagi dengan kocokan tangan James. Aahh.. crot! Muntahlah beberapa semburan sperma dari penisku. 

Aku pun bangkit untuk memberi kesempatan bagi Albert untuk memuaskan sisa birahinya. Kini kulihat tubuh James yang bergoyang dan naik turun. Mereka semakin hot. Aku duduk disamping Albert untuk menggoda pria itu dengan jilatan-jilatanku. Dan itu membantunya untuk mencapai puncak birahi. 
"Aahh.. Jamess.." Albert mengerang. 
Dan kulihat James berhenti bergoyang. Sepertinya sperma Albert sudah menyembur di lubang pantat James. 
Hari itu kami bertiga betul-betul berpesta sampai menjelang malam. Aku nggak tau berapa banyak sperma yang kami muntahkan dari batang penis kami. Ya di dalam pantat, di mulut, di badan.. pokoknya seru banget! Selesai bermain, kami mandi bersama dan masih sempat memacu birahi lagi. Tapi hanya aku dan James yang sempat orgasme sekali lagi, sementara Albert terlihat masih menyimpan sisa birahinya. 
"Ntar malem abis nge-DJ gue ada date lagi man, jadi mesti irit hehehe.." jelasnya. 
Selesai mandi, kami pun berpisah. James entah kemana, sementara Albert sempat mengantarku pulang ke rumahku. Setelah itu pria tampan tersebut melanjutkan pekerjaannya ke daerah pusat. 

***** 

Itu salah satu pengalamanku. Buat temen-temen sesama kamu gay yang mau having fun bareng aku, silakan contact aku via email. Yang bi-sex juga boleh, tapi jangan suruh aku main dengan cewek ya.. hehehe.. Lain kali mungkin aku akan membagikan pengalamanku yang lain.

1 komentar:

Petugas Iuran TV

Kenalkan, namaku Jacky, gue mahasiswa tingkat pertama disebuah universitas swasta terkenal di Jakarta, umur gue sekitar 19 tahun. Kata orang sih gue anaknya ganteng juga.. plus imut-imut.. banyak yang bilang gue mirip pemain jinny oh jinny. 
Malem minggu harusnya orang-orang muda pada pergi keluyuran kemana aja, sedangkan gue.. ahh.. sendiri! gue baru puutus ama pacar gue si Rini yang bawel itu. Ahh.. biarin putus..yang penting sekarang gue bebas. 

Cari temen semuanya udah punya acara sendiri-sendiri, pikir-pikir gue jalan-jalan aja cuci mata ke mall. ya.. itung-itung siapa tahu ketemu jodoh. Gue pake levis gue.. sama kaos ketat aja biar praktis sekaligus mempertontonkan dada gue yang bidang..he..he....he... 

Sampai disana, muter-muter ampe bosan akhirnya gue pikir gue nonton aja. Ya udah gue langsung ngacir ke bioskop dan sebelom beli karcis liat-liat poster film dulu. Belom semua poster gue lihat, rasa-rasanya kemudian gue ngerasa ada yang memperhatikan gue, langsung aja gue bales plototin, seorang cowok, gue tebak umurnya sekitar 30 tahunan. Memakai kemeja lengkap celana pantalonnya, rapi sekali. 

Ternyata dia bales tersenyum sambil ngedeketin gue. "Mau nonton dik?" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Langsung gue bales jabat tangan sambil ngejawab sekenanya, "ya!" 

"Wah kebetulan... saya punya dua karcis nih.. tadi saya nunggu temen saya, tapi barusan dia telepon katanya nggak jadi datang, jadi daripada mubazir..kita nonton bersama ya..." ajaknya sambil meraba HP dibalik saku celananya. 

Gue langsung tertarik mendengar ajakannya dan gue pikir..lumayan juga nonton gratis. Lagi krismon gini. 

"Wah..makasih mas, tapi oke juga deh," jawab gue sambil mamerin senyum manis gue. Dari situ akhirnya kami kenalan, ternyata namanya Budi, kerja di kontraktor dan pulang ke Tebet. Sebenernya gue agak nggak 

enak juga, setiap ngomong, matanya pasti menatap tajam ke gue.. tapi gue nggak kepikir apa-apa sih. 

Akhirnya kami masuk bioskop dan agak terkejut juga pas tahu ternyata kursi yang dipilih adalah kursi paling ujung, paling atas. Gue langsung inget ama Rini mantan gue, kalau kita bedua nonton pasti milih kursi sudut..biar bisa assyik. 

Sambil terus ngobrol-ngobrol sembari nenggak coke yang tadi telah dibeli kita terus ngobrol ngalor-ngidul.. kadang-kadang Budi megang tanggan gue.. sedikit ngeremes, tapi gue biarin aja. 

Setelah lampu dipadamkan, gue kemudian sudah konsentrasi siap-siap nonton, gue juga perhatiin ternyata penontonnya malem ini nggak tahu nya sepi banget, bisa diitung pake jari. 

Belom seperempat film maen, tiba-tiba gue rasain ada yang ngeraba paha gue, gue shock juga sambil mandangin Budi. 

"Jack, eloe mau ngerasain nggak kenikmatan yang bakal membawa ke surga?" bisik Budi. Gue bisa merasain bibirnya nyentuh daun telinga gue. 

Gue nggak nyahut, cuma nelan ludah.. nggak bisa bilang iya atau nggak. Langsung gue pikir, ooh... budi pasti Gay! gue emang sering denger cerita banyak gay cari mangsa di mall-mall. Tapi baru ini yang asli gue alamin sendiri. 

Nggak tahu-tahu tangan Budi yang kekar mengelus paha gue sampai ke selangkangan gue, kemudian pelan-pelan 

meremas penis gue yang masih bersarang dibalik celana gue. 

Sejenak..gue pikir gue mau pergi..tapi hati kecil gue yang kecewa dengan Rini nyuruh gue buat biarin aja apa yang mau dilakukan Budi, jujur aja gue sedikit terangsang oleh elusan itu. 

Gue lihat dari balik kegelapan.. Budi mengangguk, gue masih nerawang meratiin dia, dan tak terasa tangannya telah membuka ikat pinggangku dan membuka ziperku. Pelan-pelan tanggan budi terus meraba penisku yang sudah separuh menegang. 

Aku pura-pura nggak tahu walau sedikit dag dig dug ketika kemudian aku sedikit beranjak membiarkan Budi sedikit menurunkan celana jeansku hingga dengan leluasa ia meremas penisku dibalik celana dalamku. 

Dengan perlahan Budi mulai melakukan aksinya, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang kekar mulai merambah kedalam celana dalamku dan ,...BREEEETT ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri, ,.... WOOOOOW,... serunya berdesah, "Kontolmu besar Jack..", kulirik kemaluanku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras,.... " Ini punya manusia apa kuda ?,...... tanyanya manja . 

"Punya manusia dengan ukuran kuda",... jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Budi,..Memang kabarnya sih (enggak GR lho , pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal, dan kalu aku pakai celana dalam yang mini bila sedang ereksi maka kepala kemaluanku akan menyembul dari celana dalam) diempotnya sampai pipinya keluhatan cekung,... semangat sekali. Mataku terpejam merasakan nikmatnya. 
Benar-benar tak pernah kurasakan kenikmatan seperti ini. Tanganku mengucek rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya merasakan geli yang luar biasa. Tidak berhenti sampai disitu saja telor kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin. 

Aku mengerang pelan hingga kedua kakiku menendang-nendang kursi di depan (untung nggak ada orang) dn Budi semakin gila memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah . 

Tak sabar akhirnya tangganku meraihpenis Budi yang disampingku, sementara badannya membungkuk mengulum kemaluanku. Sambil keenakan kucari penis Budi dan kudapatkan sebonggol kontol yang mengeras dibalik celana pantalonnya. Gila, ternyata Budi tak bercelana dalam! sebab bisa langsung kurasakan denyut kontolnya. 

Segera kubuka zipernya hati-hati dan kutarik keluar kontolnya yang dalam kegelapan dapat kurasakan sedikit basah oleh sperma bening yang telah meleleh keluar. 

kukocokkan kontol itu membuat Budi sedikit terengah-engah sambil terus mengulum kontolku. Sementara aku terus 

dengan liar mengocok-ngocok kontol itu. Budi terus mengulum kemaluanku naik turun sampai rasanya gue ngerasa nggak tahan lagi. "Bud..gue udah mau keluar..." bisik gue gelisah. 

"Biarin biar gue telen...." sahutnya sejenak berhenti mengulum kontolku. 

Aku bisa bernafas sedikit lega ketika Budi berhenti mengulum kontolku, tetapi langsung saja aku kelabakan keenakan ketika Budi kembali dengan buas melahap kontolku tanpa ampun. Tak tahan akhirnya... bretttttttttt!!!!!!! beberapa kali kurasakan ...

spermaku memancar dalam mulut Budi dan kurasakan Budi terus mengisap-hisap penisku sampai ke kerongkongannya. 

Rasanya habis cairan tubuhku keenakan...betul-betul keenakan sementara tanganku masih mengocok kontol Budi. 

Sementara Budi terus menghisap kontolku dan spermaku kurasakan kontol Budi berdenyut dua kali dan tiba-tiba muncrat 

pejunya yang hangat dan kental membasahi tanganku dan celananya. 

" Uuos..sorry Bud..kamu bilang dong!!!" 

"Nggak apa-apa...Jack.." sahut Budi sambil menyerahkan sapu tangannya. 

Gue langsung ngelap tangan gue yang berbau khas itu kemudian mengancingkan kembali celanaku. Ternyata film di depan lagi seru-serunya, gue betul-betul nggak merhatiin gimana film yang tengah main. "Jack..gue ke wc dulu ya...mau bersihin dulu ni..." bisik Jacky sambil mencium bibirku..... kubalas ciuman itu. Sebentar tapi dalam. 

Budi kemudian beranjak pergi dan kurengguk coke ku sambil mengelap peluh di tubuhku. Tetapi sampai film usai dan kutunggu di ruang tunggu, Budi nggak muncul-muncul juga. Dia hilang entah kemana. 

Budi, kemana kau... dan Sampai sekarang kenangan indah itu terus terbayang. Saputangan biru milik Budi jadi saksi

0 komentar:

Pemijat Dadakan

Aku adalah seorang pemuda berusia 16
tahun. Walau masih lumayan muda aku
mempunyai tubuh yang cukup bagus
karena sering latihan di gymnasium. Aku
memang menyukai olahraga. Namaku
Anton, walaupun banyak cewek di
sekolah yang suka atau naksir kepadaku,
entah kenapa aku tidak merasa tertarik
kepada satupun diantara mereka. Aku
menganggap mereka semua sebagai
teman.
Di lingkungan sekolah aku tidak
mempunyai teman yang sangat akrab,
aku lebih sering bergaul dengan tetangga
sebelah rumahku yang kebetulan
merupakan tempat kost dan salah
seorang yang paling akrab bergaul
denganku adalah Syarif, seorang
mahasiswa yang mempunyai banyak
kesamaan denganku. Syarif berusia 23
tahun. Dia pula yang mengajakku rutin
berlatih di klub fitness atau renang.
Pada suatu sore, Syarif menawariku
untuk main ke tempat kerjanya.
Setahuku memang beberapa minggu
terakhir ini Syarif agak sibuk dan
mempunyai jadwal kerja walaupun
bukan berstatus pegawai tetap. Yang
jelas dia sering pulang agak larut dan
jarang bisa ngobrol denganku seperti
biasa.
Aku menerima tawarannya dan
berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku
berboncengan motor dengannya dan
sampailah kami di sebuah rumah di
sebuah kampung. Syarif lalu memarkir
motor dan mengajakku masuk ke rumah
tersebut.
Di dalam terdapat sebuah meja seperti
meja penerima tamu dan beberapa kursi
berjajar. Ada beberapa orang pemuda
yang sebaya Syarif dan rata rata
berbadan kekar sedang mengobrol.
Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu
mengenalkanku kepada mereka. Rata-
rata mereka ramah sehingga aku merasa
lumayan betah disana.
Syarif lalu memintaku duduk menunggu
di ruang tamu tersebut dan beberapa
temannya mengajakku mengobrol
ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang
dalam. Tak lama kemudian ada seorang
bapak bapak masuk dan menyapa salah
seorang pemuda yang sedang duduk.
Lalu setelah bercakap cakap sebentar
mereka keluar.
Selang beberapa menit Syarif keluar
dengan seorang lelaki yang usianya kira
kira 30 tahunan.
"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue",
kata Syarif
Aku lalu berjabat tangan dengan mas
Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang
bagus.
Kami lalu mengobrol ringan dan dalam
waktu 20 menit, para pemuda yang tadi
di ruang tamu telah kedatangan tamu
dan ada yang langsung pergi, ada pula
yang naik ke lantai atas.
"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok
banyak sekali tamu yang keluar
masuk ?" tanyaku penasaran.
"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman
nemenin tamu ngobrol terus.."
Belum sempat Syarif menyelesaikan
kalimatnya pintu terbuka dan muncul
seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan
menyilahkan masuk. Setelah berbincang
bincang beberapa saat.
"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus
temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini
bentar"
Tanpa memberi kesempatan padaku
untuk bertanya, Syarif sudah keluar
dengan lelaki yang disebut tamunya itu.
Aku mulai heran dan bertanya tanya apa
sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena
aku hanya sendirian, akhirnya aku
mengambil majalah yang terletak di
meja. Majalah itu ternyata adalah
majalah fitness yang memuat banyak
sekali gambar gambar pria yang
memamerkan keindahan tubuhnya.
Harus kuakui sebenarnya aku agak
bingung dengan diriku karena aku lebih
suka melihat pria yang bertelanjang
dada. Kelihatan gagah dan perkasa.
Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat
majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali
terbuka. Muncullah seorang lelaki
bertubuh kekar memakai kaos ketat
sehingga keindahan tubuhnya
dieksploitasi. Aku mengangguk dan
mencoba menyilahkan dia duduk.
Kulitnya agak hitam terbakar matahari
dan rambutnya dipotong cepak sekali.
Dia lalu duduk di sebelahku.
"Sendirian saja dik ...
www.ceritagay.uiwap.com
...?" tanyanya ramah.
"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku.
Diam diam aku memperhatikan tubuh
lelaki itu yang benar benar kelihatan
gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang
dipakainya semakin melihatkan otot otot
tubuh yang dimilikinya. Puting susunya
kelihatan menonjol. Tiba tiba dia
mengulurkan tangan dan mengajakku
berkenalan.
"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya.
"Anton", kataku menyambut uluran
tangannya.
"Bisa kita pergi sekarang Ton ?"
"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali
karena tidak menyangka aku dikira
sebagai pegawai disana.
"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit
aja sama Amir." katanya memberi saran.
Aku teringat bahwa mas Amir masih ada
di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan
masuk ke
dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati
mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu
menyapanya dan memberitahu bahwa
ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar.
Rupanya mereka telah kenal.
"Buset elo Mir.. dapet darimana barang
bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal
bertanya seperti itu kepada mas Amir.
"Ah.. elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir
lalu berbisik bisik kepada Jamal.
Setelah berbincang bincang beberapa
saat. Jamal kembali duduk sementara
mas Amir menghampiriku dan
menggamit lenganku untuk masuk ke
dalam.
"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?"
"Bantuin apa mas ?"
"Anak buah gue kan pada pergi semua
nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.."
"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?"
"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang
minta kok.. "
"Tugas saya nanti apa aja mas ?"
"Elo bisa mijit kagak.. ?"
"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. "
"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar
elo turutin aja dia maunya apa.."
"Tapi nanti Syarif.."
"Udah.. itu urusan kecil.. "
Usai berkata begitu, mas Amir langsung
menggamit lenganku keluar dan
menyorongkanku kepada Jamal. Aku
mulai berdebar debar, apa yang akan
terjadi padaku nanti.
Jamal lalu mengajakku keluar dan kami
lalu berjalan menyusuri kampung itu
sampai di jalan raya dimana Jamal
memarkir mobilnya dan menyuruhku
masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu
melarikan mobilnya. Untung Jamal
orangnya ramah. Dia mengajakku
mengobrol santai, kadang juga kita
bercanda. Dia juga menceritakan tentang
dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi
dia tidak bercerita banyak tentang
pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang
cuti dan ingin refreshing.
Aku mulai bingung saat Jamal melarikan
mobilnya ke arah luar kota.
"Kita mau kemana ini mas ?"
"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan
tolong jangan panggil gue mas dong.. "
"Tapi saya belum bilang orang rumah,
nanti mereka mencari.."
"Nih ada telpon, elo telpon sekarang..
bilang elo diajak temen nginap" dia
melemparkan handphonenya ke arahku.
Walau agak ragu, tapi akhirnya aku
menelpon juga ke rumah dan memberi
kabar aku akan menginap di rumah
temanku supaya tidak terlalu banyak
ditanya.
Hari sudah malam saat kami sampai di
sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal
lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah
dan dia turun meminta kunci ke sebuah
rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke
sebuah rumah kecil di pinggir pantai.
"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan
khawatir lah.. gue cuman butuh
ditemenin aja kok"
Jamal lalu merangkul pundakku dan
mengajakku masuk ke dalam rumah.
Rumah itu berupa kamar berukuran
sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar
mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah
kasur pegas. Jamal lalu membuka
jendela kamar dan membiarkan angin
pantai bertiup masuk ke dalam kamar.
"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap
rumah elo sendiri deh"
Jamal lalu melepas sepatunya kemudian
berdiri dan meloloskan kaos hijau
ketatnya. Aku yang sedang duduk di
ranjang amat terkagum kagum melihat
dadanya yang begitu kekar perkasa.
Puting susunya begitu hitam dan tegang.
Dia tersenyum melihatku melihatnya
seperti itu.
"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?"
"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus "
"Tubuh elo juga lumayan bagus ...
...kok.. cuman butuh latihan rutin aja"
Dengan cuek Jamal lalu melorot celana
panjangnya sehingga dia hanya
mengenakan kolor yang alamak seksi
sekali. Mana kontolnya kulihat begitu
jelas membayang di balik kolornya yang
tipis dan minim itu.
Diam diam aku merasakan bahwa
kontolku juga tegang melihat dia hampir
telanjang seperti itu. Baru kali ini
memang aku melihat langsung di depan
mataku tubuh lelaki yang hampir polos.
Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku
untuk melepas pakaianku.
"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin
gue.. tubuh gue capek semua nih"
Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang.
Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di
bagian belakangnya sehingga pantatnya
yang bulat kencang itu terlihat dengan
jelas. Aku semakin gemetaran menahan
nafsuku dan juga menahan rasa sesak di
celanaku akibat kontolku yang semakin
ngaceng.
Aku lalu melepas bajuku dan mengambil
body lotion yang disiapkan oleh Jamal.
Kemudian aku menduduki pahanya dan
mulai mengoleskan body lotion ke
punggungnya.
Saat aku mulai memijit tubuhnya yang
kencang itu, Jamal sesekali mengerang
nikmat. Setelah beberapa lama, dia
memintaku untuk memijit kaki dan
pahanya. Dia mengangkangkan kakinya
sedikit sehingga terlihat lubang
pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu
lebat berwarna hitam itu.
Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia
terlentang dan memintaku memijit
dadanya. Saat aku hendak duduk di
sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan
memintaku duduk diatas pahanya,
sehingga saat aku membungkuk memijit
dadanya, bagian kontolku bersentuhan
dengan kontolnya yang masih
terbungkus celana dalam minim itu.
Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.
Jamal mengangkat tangannya sehingga
bulu bulu ketiaknya terlihat dan
membuatku semakin terangsang. Dia
mengerang penuh kenikmatan saat
tanganku memijit dadanya dan
memintaku untuk memainkan jariku di
puting susunya.
"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya
Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga
perlahan lahan kolornya sehingga
kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu
tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup
besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi
oleh bulu bulu jembut yang keriting dan
lebat.
"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.."
suruhnya lagi
Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih
kontolnya dan memainkannya.
"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo"
Bagai kerbau dicucuk hidung, aku
mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan
kujulurkan lidahku untuk menjilati
kontolnya bagaikan es krim.
"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo
Ton"
Aku semakin bernafsu menjilati
kontolnya yang super ngaceng itu dan
kumainkan tanganku di pelernya.
"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin
semuanya..."
Lagi lagi aku menuruti kata katanya
untuk memasukkan kontolnya ke
mulutku, mulai dari ujung sampai ke
pangkalnya.
"Ooooooooooohhhh...
yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss...
jangan berhenti Tooonnnn"
Puas kujilati dan kukulum kontolnya,
Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya.
Dia lalu menyuruhku melepas celana
jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang
bulat, dia menyuruhku berdiri di
depannya dan kini dia yang menjilati
kontolku. Nikmatnya benar benar tak
terhingga. Aku sampai merasa terbang di
awang awang. Bahkan tak lama
kemudian aku tak tahan lagi atas rasa
geli dan nikmat yang tak terkira.
"Oooohh.. Mal... gue gak tahan....
oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...
AAHHHHHHHHHHH"
Kusemprotkan air maniku yang sudah tak
tertahankan itu mengenai mulut, muka
dan rambutnya. Aku kemudian terkapar
lemas di ranjang. Benar benar suatu
kenikmatan yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Jamal lalu
memelukku dan mendekatkan wajahnya
ke wajahku. Mulutnya tiba tiba
menempel di mulutku. Aku membalas
ciumannya dengan bernafsu. Ohhh...
nikmat sekali rasanya, sementara
tangannya meremas remas tetekku.
"Gimana Ton, elo suka kan ?"
"Suka sekali Mal... nikmat..."
"Itu belum seberapa sayang... gue akan
kasih elo sesuatu yang lebih enak"
"Apa itu Mal ?"
"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau
kan gue entot ?"
Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu
menggamit kakiku dan
membentangkannya lebar lebar sambil
diangkat. Diganjalnya pinggulku
dengan ...

...bantal dan dia mengambil lotion yang
masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang
anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke
silitku, pertama tama satu jari, dua jari
dan entah sampai berapa jari yang dia
masukkan yang jelas aku merasa aneh
tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku.
Jamal kemudian berlutut di antara kedua
kakiku yang tetap terangkat.
Disandarkannya kakiku ke dadaku
sementara dia memainkan kontolnya dan
mengarahkannya ke lubang silitku.
Kurasakan kepala kontolnya menempel
di lubang silitku. Dia lalu membungkuk
dan mencium bibirku, saat itu juga
kurasakan kontolnya memasuki silitku.
Rasanya benar benar gila. Aku ingin
menjerit karena merasakan silitku seperti
terbakar tapi yang keluar dari mulutku
hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga
tak berarti karena tubuhnya begitu berat
menindih tubuhku.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah
membiarkan rasa panas itu. Rupanya
kontolnya telah masuk semua sampai ke
pangkalnya ke dalam silitku karena
kurasakan bulu bulu jembutnya
menempel di pantatku. Saat itu dia
berhenti sejenak dan kurasakan rasa
panas dan perih itu hilang seketika
berganti dengan suatu rasa aneh dan
nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi
saat setelah itu Jamal mulai menggerak
gerakkan kontolnya maju mundur di
dalam silitku. Aku merasa suatu
kenikmatan yang paling hebat. Aku
merintih dan mengerang saat dia
menghentakkan kontolnya keras keras
ke dasar silitku.
Entah berapa lama Jamal
menyanggamaiku seperti itu, yang jelas
dia kemudian kembali menegakkan
tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.
"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"
"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa.....
euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"
Hentakan kontol Jamal makin lama
makin cepat sampai akhirnya.
"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue
keluar........................" teriaknya
Setelah itu Jamal menghentakkan
kontolnya beberapa kali sampai akhirnya
dia berhenti total dan ambruk di atas
tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari
dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang
meleleh keluar dari sela sela kontolnya
dan silitku.
Jamal lalu mencium bibirku dengan
mesra.
"Thanks Ton, gue suka elo"
"Sama sama Mal.. gue juga suka sama
elo"
Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal
mengajakku keluar ke pantai yang masih
gelap itu dengan telanjang bulat. Kami
kemudian mandi di pantai dan saat
duduk di pasir, kembali Jamal menciumi
bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia
ngentotin aku di atas pasir pantai.
Sampai sekarang Jamal masih sering
mengajakku untuk menemaninya. Tapi
dia tidak lagi menjemputku di tempat
temanku Syarif bekerja, melainkan
langsung ke rumahku. Ya, kami sudah
menjadi sepasang kekasih. Aku harus
mengucapkan terimakasih pada Syarif
yang telah mengenalkanku kepada Jamal
kekasihku. Kadang kami juga
mengundang Syarif untuk ikut join dalam
permainan kami.

1 komentar: