Aku adalah seorang pemuda berusia 16
tahun. Walau masih lumayan muda aku
mempunyai tubuh yang cukup bagus
karena sering latihan di gymnasium. Aku
memang menyukai olahraga. Namaku
Anton, walaupun banyak cewek di
sekolah yang suka atau naksir kepadaku,
entah kenapa aku tidak merasa tertarik
kepada satupun diantara mereka. Aku
menganggap mereka semua sebagai
teman.
Di lingkungan sekolah aku tidak
mempunyai teman yang sangat akrab,
aku lebih sering bergaul dengan tetangga
sebelah rumahku yang kebetulan
merupakan tempat kost dan salah
seorang yang paling akrab bergaul
denganku adalah Syarif, seorang
mahasiswa yang mempunyai banyak
kesamaan denganku. Syarif berusia 23
tahun. Dia pula yang mengajakku rutin
berlatih di klub fitness atau renang.
Pada suatu sore, Syarif menawariku
untuk main ke tempat kerjanya.
Setahuku memang beberapa minggu
terakhir ini Syarif agak sibuk dan
mempunyai jadwal kerja walaupun
bukan berstatus pegawai tetap. Yang
jelas dia sering pulang agak larut dan
jarang bisa ngobrol denganku seperti
biasa.
Aku menerima tawarannya dan
berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku
berboncengan motor dengannya dan
sampailah kami di sebuah rumah di
sebuah kampung. Syarif lalu memarkir
motor dan mengajakku masuk ke rumah
tersebut.
Di dalam terdapat sebuah meja seperti
meja penerima tamu dan beberapa kursi
berjajar. Ada beberapa orang pemuda
yang sebaya Syarif dan rata rata
berbadan kekar sedang mengobrol.
Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu
mengenalkanku kepada mereka. Rata-
rata mereka ramah sehingga aku merasa
lumayan betah disana.
Syarif lalu memintaku duduk menunggu
di ruang tamu tersebut dan beberapa
temannya mengajakku mengobrol
ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang
dalam. Tak lama kemudian ada seorang
bapak bapak masuk dan menyapa salah
seorang pemuda yang sedang duduk.
Lalu setelah bercakap cakap sebentar
mereka keluar.
Selang beberapa menit Syarif keluar
dengan seorang lelaki yang usianya kira
kira 30 tahunan.
"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue",
kata Syarif
Aku lalu berjabat tangan dengan mas
Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang
bagus.
Kami lalu mengobrol ringan dan dalam
waktu 20 menit, para pemuda yang tadi
di ruang tamu telah kedatangan tamu
dan ada yang langsung pergi, ada pula
yang naik ke lantai atas.
"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok
banyak sekali tamu yang keluar
masuk ?" tanyaku penasaran.
"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman
nemenin tamu ngobrol terus.."
Belum sempat Syarif menyelesaikan
kalimatnya pintu terbuka dan muncul
seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan
menyilahkan masuk. Setelah berbincang
bincang beberapa saat.
"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus
temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini
bentar"
Tanpa memberi kesempatan padaku
untuk bertanya, Syarif sudah keluar
dengan lelaki yang disebut tamunya itu.
Aku mulai heran dan bertanya tanya apa
sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena
aku hanya sendirian, akhirnya aku
mengambil majalah yang terletak di
meja. Majalah itu ternyata adalah
majalah fitness yang memuat banyak
sekali gambar gambar pria yang
memamerkan keindahan tubuhnya.
Harus kuakui sebenarnya aku agak
bingung dengan diriku karena aku lebih
suka melihat pria yang bertelanjang
dada. Kelihatan gagah dan perkasa.
Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat
majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali
terbuka. Muncullah seorang lelaki
bertubuh kekar memakai kaos ketat
sehingga keindahan tubuhnya
dieksploitasi. Aku mengangguk dan
mencoba menyilahkan dia duduk.
Kulitnya agak hitam terbakar matahari
dan rambutnya dipotong cepak sekali.
Dia lalu duduk di sebelahku.
"Sendirian saja dik ...
www.ceritagay.uiwap.com
...?" tanyanya ramah.
"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku.
Diam diam aku memperhatikan tubuh
lelaki itu yang benar benar kelihatan
gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang
dipakainya semakin melihatkan otot otot
tubuh yang dimilikinya. Puting susunya
kelihatan menonjol. Tiba tiba dia
mengulurkan tangan dan mengajakku
berkenalan.
"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya.
"Anton", kataku menyambut uluran
tangannya.
"Bisa kita pergi sekarang Ton ?"
"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali
karena tidak menyangka aku dikira
sebagai pegawai disana.
"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit
aja sama Amir." katanya memberi saran.
Aku teringat bahwa mas Amir masih ada
di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan
masuk ke
dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati
mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu
menyapanya dan memberitahu bahwa
ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar.
Rupanya mereka telah kenal.
"Buset elo Mir.. dapet darimana barang
bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal
bertanya seperti itu kepada mas Amir.
"Ah.. elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir
lalu berbisik bisik kepada Jamal.
Setelah berbincang bincang beberapa
saat. Jamal kembali duduk sementara
mas Amir menghampiriku dan
menggamit lenganku untuk masuk ke
dalam.
"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?"
"Bantuin apa mas ?"
"Anak buah gue kan pada pergi semua
nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.."
"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?"
"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang
minta kok.. "
"Tugas saya nanti apa aja mas ?"
"Elo bisa mijit kagak.. ?"
"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. "
"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar
elo turutin aja dia maunya apa.."
"Tapi nanti Syarif.."
"Udah.. itu urusan kecil.. "
Usai berkata begitu, mas Amir langsung
menggamit lenganku keluar dan
menyorongkanku kepada Jamal. Aku
mulai berdebar debar, apa yang akan
terjadi padaku nanti.
Jamal lalu mengajakku keluar dan kami
lalu berjalan menyusuri kampung itu
sampai di jalan raya dimana Jamal
memarkir mobilnya dan menyuruhku
masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu
melarikan mobilnya. Untung Jamal
orangnya ramah. Dia mengajakku
mengobrol santai, kadang juga kita
bercanda. Dia juga menceritakan tentang
dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi
dia tidak bercerita banyak tentang
pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang
cuti dan ingin refreshing.
Aku mulai bingung saat Jamal melarikan
mobilnya ke arah luar kota.
"Kita mau kemana ini mas ?"
"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan
tolong jangan panggil gue mas dong.. "
"Tapi saya belum bilang orang rumah,
nanti mereka mencari.."
"Nih ada telpon, elo telpon sekarang..
bilang elo diajak temen nginap" dia
melemparkan handphonenya ke arahku.
Walau agak ragu, tapi akhirnya aku
menelpon juga ke rumah dan memberi
kabar aku akan menginap di rumah
temanku supaya tidak terlalu banyak
ditanya.
Hari sudah malam saat kami sampai di
sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal
lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah
dan dia turun meminta kunci ke sebuah
rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke
sebuah rumah kecil di pinggir pantai.
"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan
khawatir lah.. gue cuman butuh
ditemenin aja kok"
Jamal lalu merangkul pundakku dan
mengajakku masuk ke dalam rumah.
Rumah itu berupa kamar berukuran
sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar
mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah
kasur pegas. Jamal lalu membuka
jendela kamar dan membiarkan angin
pantai bertiup masuk ke dalam kamar.
"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap
rumah elo sendiri deh"
Jamal lalu melepas sepatunya kemudian
berdiri dan meloloskan kaos hijau
ketatnya. Aku yang sedang duduk di
ranjang amat terkagum kagum melihat
dadanya yang begitu kekar perkasa.
Puting susunya begitu hitam dan tegang.
Dia tersenyum melihatku melihatnya
seperti itu.
"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?"
"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus "
"Tubuh elo juga lumayan bagus ...
...kok.. cuman butuh latihan rutin aja"
Dengan cuek Jamal lalu melorot celana
panjangnya sehingga dia hanya
mengenakan kolor yang alamak seksi
sekali. Mana kontolnya kulihat begitu
jelas membayang di balik kolornya yang
tipis dan minim itu.
Diam diam aku merasakan bahwa
kontolku juga tegang melihat dia hampir
telanjang seperti itu. Baru kali ini
memang aku melihat langsung di depan
mataku tubuh lelaki yang hampir polos.
Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku
untuk melepas pakaianku.
"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin
gue.. tubuh gue capek semua nih"
Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang.
Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di
bagian belakangnya sehingga pantatnya
yang bulat kencang itu terlihat dengan
jelas. Aku semakin gemetaran menahan
nafsuku dan juga menahan rasa sesak di
celanaku akibat kontolku yang semakin
ngaceng.
Aku lalu melepas bajuku dan mengambil
body lotion yang disiapkan oleh Jamal.
Kemudian aku menduduki pahanya dan
mulai mengoleskan body lotion ke
punggungnya.
Saat aku mulai memijit tubuhnya yang
kencang itu, Jamal sesekali mengerang
nikmat. Setelah beberapa lama, dia
memintaku untuk memijit kaki dan
pahanya. Dia mengangkangkan kakinya
sedikit sehingga terlihat lubang
pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu
lebat berwarna hitam itu.
Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia
terlentang dan memintaku memijit
dadanya. Saat aku hendak duduk di
sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan
memintaku duduk diatas pahanya,
sehingga saat aku membungkuk memijit
dadanya, bagian kontolku bersentuhan
dengan kontolnya yang masih
terbungkus celana dalam minim itu.
Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.
Jamal mengangkat tangannya sehingga
bulu bulu ketiaknya terlihat dan
membuatku semakin terangsang. Dia
mengerang penuh kenikmatan saat
tanganku memijit dadanya dan
memintaku untuk memainkan jariku di
puting susunya.
"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya
Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga
perlahan lahan kolornya sehingga
kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu
tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup
besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi
oleh bulu bulu jembut yang keriting dan
lebat.
"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.."
suruhnya lagi
Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih
kontolnya dan memainkannya.
"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo"
Bagai kerbau dicucuk hidung, aku
mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan
kujulurkan lidahku untuk menjilati
kontolnya bagaikan es krim.
"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo
Ton"
Aku semakin bernafsu menjilati
kontolnya yang super ngaceng itu dan
kumainkan tanganku di pelernya.
"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin
semuanya..."
Lagi lagi aku menuruti kata katanya
untuk memasukkan kontolnya ke
mulutku, mulai dari ujung sampai ke
pangkalnya.
"Ooooooooooohhhh...
yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss...
jangan berhenti Tooonnnn"
Puas kujilati dan kukulum kontolnya,
Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya.
Dia lalu menyuruhku melepas celana
jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang
bulat, dia menyuruhku berdiri di
depannya dan kini dia yang menjilati
kontolku. Nikmatnya benar benar tak
terhingga. Aku sampai merasa terbang di
awang awang. Bahkan tak lama
kemudian aku tak tahan lagi atas rasa
geli dan nikmat yang tak terkira.
"Oooohh.. Mal... gue gak tahan....
oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...
AAHHHHHHHHHHH"
Kusemprotkan air maniku yang sudah tak
tertahankan itu mengenai mulut, muka
dan rambutnya. Aku kemudian terkapar
lemas di ranjang. Benar benar suatu
kenikmatan yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Jamal lalu
memelukku dan mendekatkan wajahnya
ke wajahku. Mulutnya tiba tiba
menempel di mulutku. Aku membalas
ciumannya dengan bernafsu. Ohhh...
nikmat sekali rasanya, sementara
tangannya meremas remas tetekku.
"Gimana Ton, elo suka kan ?"
"Suka sekali Mal... nikmat..."
"Itu belum seberapa sayang... gue akan
kasih elo sesuatu yang lebih enak"
"Apa itu Mal ?"
"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau
kan gue entot ?"
Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu
menggamit kakiku dan
membentangkannya lebar lebar sambil
diangkat. Diganjalnya pinggulku
dengan ...
...bantal dan dia mengambil lotion yang
masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang
anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke
silitku, pertama tama satu jari, dua jari
dan entah sampai berapa jari yang dia
masukkan yang jelas aku merasa aneh
tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku.
Jamal kemudian berlutut di antara kedua
kakiku yang tetap terangkat.
Disandarkannya kakiku ke dadaku
sementara dia memainkan kontolnya dan
mengarahkannya ke lubang silitku.
Kurasakan kepala kontolnya menempel
di lubang silitku. Dia lalu membungkuk
dan mencium bibirku, saat itu juga
kurasakan kontolnya memasuki silitku.
Rasanya benar benar gila. Aku ingin
menjerit karena merasakan silitku seperti
terbakar tapi yang keluar dari mulutku
hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga
tak berarti karena tubuhnya begitu berat
menindih tubuhku.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah
membiarkan rasa panas itu. Rupanya
kontolnya telah masuk semua sampai ke
pangkalnya ke dalam silitku karena
kurasakan bulu bulu jembutnya
menempel di pantatku. Saat itu dia
berhenti sejenak dan kurasakan rasa
panas dan perih itu hilang seketika
berganti dengan suatu rasa aneh dan
nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi
saat setelah itu Jamal mulai menggerak
gerakkan kontolnya maju mundur di
dalam silitku. Aku merasa suatu
kenikmatan yang paling hebat. Aku
merintih dan mengerang saat dia
menghentakkan kontolnya keras keras
ke dasar silitku.
Entah berapa lama Jamal
menyanggamaiku seperti itu, yang jelas
dia kemudian kembali menegakkan
tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.
"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"
"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa.....
euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"
Hentakan kontol Jamal makin lama
makin cepat sampai akhirnya.
"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue
keluar........................" teriaknya
Setelah itu Jamal menghentakkan
kontolnya beberapa kali sampai akhirnya
dia berhenti total dan ambruk di atas
tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari
dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang
meleleh keluar dari sela sela kontolnya
dan silitku.
Jamal lalu mencium bibirku dengan
mesra.
"Thanks Ton, gue suka elo"
"Sama sama Mal.. gue juga suka sama
elo"
Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal
mengajakku keluar ke pantai yang masih
gelap itu dengan telanjang bulat. Kami
kemudian mandi di pantai dan saat
duduk di pasir, kembali Jamal menciumi
bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia
ngentotin aku di atas pasir pantai.
Sampai sekarang Jamal masih sering
mengajakku untuk menemaninya. Tapi
dia tidak lagi menjemputku di tempat
temanku Syarif bekerja, melainkan
langsung ke rumahku. Ya, kami sudah
menjadi sepasang kekasih. Aku harus
mengucapkan terimakasih pada Syarif
yang telah mengenalkanku kepada Jamal
kekasihku. Kadang kami juga
mengundang Syarif untuk ikut join dalam
permainan kami.
tahun. Walau masih lumayan muda aku
mempunyai tubuh yang cukup bagus
karena sering latihan di gymnasium. Aku
memang menyukai olahraga. Namaku
Anton, walaupun banyak cewek di
sekolah yang suka atau naksir kepadaku,
entah kenapa aku tidak merasa tertarik
kepada satupun diantara mereka. Aku
menganggap mereka semua sebagai
teman.
Di lingkungan sekolah aku tidak
mempunyai teman yang sangat akrab,
aku lebih sering bergaul dengan tetangga
sebelah rumahku yang kebetulan
merupakan tempat kost dan salah
seorang yang paling akrab bergaul
denganku adalah Syarif, seorang
mahasiswa yang mempunyai banyak
kesamaan denganku. Syarif berusia 23
tahun. Dia pula yang mengajakku rutin
berlatih di klub fitness atau renang.
Pada suatu sore, Syarif menawariku
untuk main ke tempat kerjanya.
Setahuku memang beberapa minggu
terakhir ini Syarif agak sibuk dan
mempunyai jadwal kerja walaupun
bukan berstatus pegawai tetap. Yang
jelas dia sering pulang agak larut dan
jarang bisa ngobrol denganku seperti
biasa.
Aku menerima tawarannya dan
berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku
berboncengan motor dengannya dan
sampailah kami di sebuah rumah di
sebuah kampung. Syarif lalu memarkir
motor dan mengajakku masuk ke rumah
tersebut.
Di dalam terdapat sebuah meja seperti
meja penerima tamu dan beberapa kursi
berjajar. Ada beberapa orang pemuda
yang sebaya Syarif dan rata rata
berbadan kekar sedang mengobrol.
Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu
mengenalkanku kepada mereka. Rata-
rata mereka ramah sehingga aku merasa
lumayan betah disana.
Syarif lalu memintaku duduk menunggu
di ruang tamu tersebut dan beberapa
temannya mengajakku mengobrol
ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang
dalam. Tak lama kemudian ada seorang
bapak bapak masuk dan menyapa salah
seorang pemuda yang sedang duduk.
Lalu setelah bercakap cakap sebentar
mereka keluar.
Selang beberapa menit Syarif keluar
dengan seorang lelaki yang usianya kira
kira 30 tahunan.
"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue",
kata Syarif
Aku lalu berjabat tangan dengan mas
Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang
bagus.
Kami lalu mengobrol ringan dan dalam
waktu 20 menit, para pemuda yang tadi
di ruang tamu telah kedatangan tamu
dan ada yang langsung pergi, ada pula
yang naik ke lantai atas.
"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok
banyak sekali tamu yang keluar
masuk ?" tanyaku penasaran.
"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman
nemenin tamu ngobrol terus.."
Belum sempat Syarif menyelesaikan
kalimatnya pintu terbuka dan muncul
seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan
menyilahkan masuk. Setelah berbincang
bincang beberapa saat.
"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus
temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini
bentar"
Tanpa memberi kesempatan padaku
untuk bertanya, Syarif sudah keluar
dengan lelaki yang disebut tamunya itu.
Aku mulai heran dan bertanya tanya apa
sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena
aku hanya sendirian, akhirnya aku
mengambil majalah yang terletak di
meja. Majalah itu ternyata adalah
majalah fitness yang memuat banyak
sekali gambar gambar pria yang
memamerkan keindahan tubuhnya.
Harus kuakui sebenarnya aku agak
bingung dengan diriku karena aku lebih
suka melihat pria yang bertelanjang
dada. Kelihatan gagah dan perkasa.
Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat
majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali
terbuka. Muncullah seorang lelaki
bertubuh kekar memakai kaos ketat
sehingga keindahan tubuhnya
dieksploitasi. Aku mengangguk dan
mencoba menyilahkan dia duduk.
Kulitnya agak hitam terbakar matahari
dan rambutnya dipotong cepak sekali.
Dia lalu duduk di sebelahku.
"Sendirian saja dik ...
www.ceritagay.uiwap.com
...?" tanyanya ramah.
"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku.
Diam diam aku memperhatikan tubuh
lelaki itu yang benar benar kelihatan
gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang
dipakainya semakin melihatkan otot otot
tubuh yang dimilikinya. Puting susunya
kelihatan menonjol. Tiba tiba dia
mengulurkan tangan dan mengajakku
berkenalan.
"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya.
"Anton", kataku menyambut uluran
tangannya.
"Bisa kita pergi sekarang Ton ?"
"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali
karena tidak menyangka aku dikira
sebagai pegawai disana.
"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit
aja sama Amir." katanya memberi saran.
Aku teringat bahwa mas Amir masih ada
di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan
masuk ke
dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati
mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu
menyapanya dan memberitahu bahwa
ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar.
Rupanya mereka telah kenal.
"Buset elo Mir.. dapet darimana barang
bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal
bertanya seperti itu kepada mas Amir.
"Ah.. elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir
lalu berbisik bisik kepada Jamal.
Setelah berbincang bincang beberapa
saat. Jamal kembali duduk sementara
mas Amir menghampiriku dan
menggamit lenganku untuk masuk ke
dalam.
"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?"
"Bantuin apa mas ?"
"Anak buah gue kan pada pergi semua
nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.."
"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?"
"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang
minta kok.. "
"Tugas saya nanti apa aja mas ?"
"Elo bisa mijit kagak.. ?"
"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. "
"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar
elo turutin aja dia maunya apa.."
"Tapi nanti Syarif.."
"Udah.. itu urusan kecil.. "
Usai berkata begitu, mas Amir langsung
menggamit lenganku keluar dan
menyorongkanku kepada Jamal. Aku
mulai berdebar debar, apa yang akan
terjadi padaku nanti.
Jamal lalu mengajakku keluar dan kami
lalu berjalan menyusuri kampung itu
sampai di jalan raya dimana Jamal
memarkir mobilnya dan menyuruhku
masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu
melarikan mobilnya. Untung Jamal
orangnya ramah. Dia mengajakku
mengobrol santai, kadang juga kita
bercanda. Dia juga menceritakan tentang
dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi
dia tidak bercerita banyak tentang
pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang
cuti dan ingin refreshing.
Aku mulai bingung saat Jamal melarikan
mobilnya ke arah luar kota.
"Kita mau kemana ini mas ?"
"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan
tolong jangan panggil gue mas dong.. "
"Tapi saya belum bilang orang rumah,
nanti mereka mencari.."
"Nih ada telpon, elo telpon sekarang..
bilang elo diajak temen nginap" dia
melemparkan handphonenya ke arahku.
Walau agak ragu, tapi akhirnya aku
menelpon juga ke rumah dan memberi
kabar aku akan menginap di rumah
temanku supaya tidak terlalu banyak
ditanya.
Hari sudah malam saat kami sampai di
sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal
lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah
dan dia turun meminta kunci ke sebuah
rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke
sebuah rumah kecil di pinggir pantai.
"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan
khawatir lah.. gue cuman butuh
ditemenin aja kok"
Jamal lalu merangkul pundakku dan
mengajakku masuk ke dalam rumah.
Rumah itu berupa kamar berukuran
sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar
mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah
kasur pegas. Jamal lalu membuka
jendela kamar dan membiarkan angin
pantai bertiup masuk ke dalam kamar.
"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap
rumah elo sendiri deh"
Jamal lalu melepas sepatunya kemudian
berdiri dan meloloskan kaos hijau
ketatnya. Aku yang sedang duduk di
ranjang amat terkagum kagum melihat
dadanya yang begitu kekar perkasa.
Puting susunya begitu hitam dan tegang.
Dia tersenyum melihatku melihatnya
seperti itu.
"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?"
"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus "
"Tubuh elo juga lumayan bagus ...
...kok.. cuman butuh latihan rutin aja"
Dengan cuek Jamal lalu melorot celana
panjangnya sehingga dia hanya
mengenakan kolor yang alamak seksi
sekali. Mana kontolnya kulihat begitu
jelas membayang di balik kolornya yang
tipis dan minim itu.
Diam diam aku merasakan bahwa
kontolku juga tegang melihat dia hampir
telanjang seperti itu. Baru kali ini
memang aku melihat langsung di depan
mataku tubuh lelaki yang hampir polos.
Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku
untuk melepas pakaianku.
"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin
gue.. tubuh gue capek semua nih"
Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang.
Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di
bagian belakangnya sehingga pantatnya
yang bulat kencang itu terlihat dengan
jelas. Aku semakin gemetaran menahan
nafsuku dan juga menahan rasa sesak di
celanaku akibat kontolku yang semakin
ngaceng.
Aku lalu melepas bajuku dan mengambil
body lotion yang disiapkan oleh Jamal.
Kemudian aku menduduki pahanya dan
mulai mengoleskan body lotion ke
punggungnya.
Saat aku mulai memijit tubuhnya yang
kencang itu, Jamal sesekali mengerang
nikmat. Setelah beberapa lama, dia
memintaku untuk memijit kaki dan
pahanya. Dia mengangkangkan kakinya
sedikit sehingga terlihat lubang
pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu
lebat berwarna hitam itu.
Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia
terlentang dan memintaku memijit
dadanya. Saat aku hendak duduk di
sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan
memintaku duduk diatas pahanya,
sehingga saat aku membungkuk memijit
dadanya, bagian kontolku bersentuhan
dengan kontolnya yang masih
terbungkus celana dalam minim itu.
Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.
Jamal mengangkat tangannya sehingga
bulu bulu ketiaknya terlihat dan
membuatku semakin terangsang. Dia
mengerang penuh kenikmatan saat
tanganku memijit dadanya dan
memintaku untuk memainkan jariku di
puting susunya.
"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya
Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga
perlahan lahan kolornya sehingga
kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu
tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup
besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi
oleh bulu bulu jembut yang keriting dan
lebat.
"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.."
suruhnya lagi
Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih
kontolnya dan memainkannya.
"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo"
Bagai kerbau dicucuk hidung, aku
mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan
kujulurkan lidahku untuk menjilati
kontolnya bagaikan es krim.
"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo
Ton"
Aku semakin bernafsu menjilati
kontolnya yang super ngaceng itu dan
kumainkan tanganku di pelernya.
"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin
semuanya..."
Lagi lagi aku menuruti kata katanya
untuk memasukkan kontolnya ke
mulutku, mulai dari ujung sampai ke
pangkalnya.
"Ooooooooooohhhh...
yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss...
jangan berhenti Tooonnnn"
Puas kujilati dan kukulum kontolnya,
Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya.
Dia lalu menyuruhku melepas celana
jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang
bulat, dia menyuruhku berdiri di
depannya dan kini dia yang menjilati
kontolku. Nikmatnya benar benar tak
terhingga. Aku sampai merasa terbang di
awang awang. Bahkan tak lama
kemudian aku tak tahan lagi atas rasa
geli dan nikmat yang tak terkira.
"Oooohh.. Mal... gue gak tahan....
oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...
AAHHHHHHHHHHH"
Kusemprotkan air maniku yang sudah tak
tertahankan itu mengenai mulut, muka
dan rambutnya. Aku kemudian terkapar
lemas di ranjang. Benar benar suatu
kenikmatan yang belum pernah
kurasakan sebelumnya. Jamal lalu
memelukku dan mendekatkan wajahnya
ke wajahku. Mulutnya tiba tiba
menempel di mulutku. Aku membalas
ciumannya dengan bernafsu. Ohhh...
nikmat sekali rasanya, sementara
tangannya meremas remas tetekku.
"Gimana Ton, elo suka kan ?"
"Suka sekali Mal... nikmat..."
"Itu belum seberapa sayang... gue akan
kasih elo sesuatu yang lebih enak"
"Apa itu Mal ?"
"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau
kan gue entot ?"
Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu
menggamit kakiku dan
membentangkannya lebar lebar sambil
diangkat. Diganjalnya pinggulku
dengan ...
...bantal dan dia mengambil lotion yang
masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang
anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke
silitku, pertama tama satu jari, dua jari
dan entah sampai berapa jari yang dia
masukkan yang jelas aku merasa aneh
tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku.
Jamal kemudian berlutut di antara kedua
kakiku yang tetap terangkat.
Disandarkannya kakiku ke dadaku
sementara dia memainkan kontolnya dan
mengarahkannya ke lubang silitku.
Kurasakan kepala kontolnya menempel
di lubang silitku. Dia lalu membungkuk
dan mencium bibirku, saat itu juga
kurasakan kontolnya memasuki silitku.
Rasanya benar benar gila. Aku ingin
menjerit karena merasakan silitku seperti
terbakar tapi yang keluar dari mulutku
hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga
tak berarti karena tubuhnya begitu berat
menindih tubuhku.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah
membiarkan rasa panas itu. Rupanya
kontolnya telah masuk semua sampai ke
pangkalnya ke dalam silitku karena
kurasakan bulu bulu jembutnya
menempel di pantatku. Saat itu dia
berhenti sejenak dan kurasakan rasa
panas dan perih itu hilang seketika
berganti dengan suatu rasa aneh dan
nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi
saat setelah itu Jamal mulai menggerak
gerakkan kontolnya maju mundur di
dalam silitku. Aku merasa suatu
kenikmatan yang paling hebat. Aku
merintih dan mengerang saat dia
menghentakkan kontolnya keras keras
ke dasar silitku.
Entah berapa lama Jamal
menyanggamaiku seperti itu, yang jelas
dia kemudian kembali menegakkan
tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.
"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"
"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa.....
euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"
Hentakan kontol Jamal makin lama
makin cepat sampai akhirnya.
"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue
keluar........................" teriaknya
Setelah itu Jamal menghentakkan
kontolnya beberapa kali sampai akhirnya
dia berhenti total dan ambruk di atas
tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari
dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang
meleleh keluar dari sela sela kontolnya
dan silitku.
Jamal lalu mencium bibirku dengan
mesra.
"Thanks Ton, gue suka elo"
"Sama sama Mal.. gue juga suka sama
elo"
Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal
mengajakku keluar ke pantai yang masih
gelap itu dengan telanjang bulat. Kami
kemudian mandi di pantai dan saat
duduk di pasir, kembali Jamal menciumi
bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia
ngentotin aku di atas pasir pantai.
Sampai sekarang Jamal masih sering
mengajakku untuk menemaninya. Tapi
dia tidak lagi menjemputku di tempat
temanku Syarif bekerja, melainkan
langsung ke rumahku. Ya, kami sudah
menjadi sepasang kekasih. Aku harus
mengucapkan terimakasih pada Syarif
yang telah mengenalkanku kepada Jamal
kekasihku. Kadang kami juga
mengundang Syarif untuk ikut join dalam
permainan kami.
Gw mau dong dikenalin ama cowoq yg baik kayak jamal gtu..
BalasHapusPengen bgt punya pacar yg bsa ngasi perhatian..
Ni pin gw 22A59C8C
Bosen gw ama cowok yg pengen enaknya aja baru dtg..
:D